Pengantar Kepada Agama Hindu PART 2




AYAH, APAKAH ORANG HINDU DIIJINKAN MEMPELAJARI AGAMA-AGAMA LAIN ?
Tentu saja, anakku. Agama Hindu tidak saja mengijinkan tapi sesungguhnya mendorong kita untuk mencari kebenaran dari segala sumber. Agama Hindu secara tegas melarang perbandingan dari metoda-metoda lain untuk penggejawantahan Tuhan (God realization), karena semua metoda adalah benar dan semua membawa para pemuja pada Tuhan. Setelah mempelajari agama Hindu dengan baik, seorang Hindu harus membaca dan mempelajari semua agama-agama lain yang benar. Dengan demikian dia melihat agama Hindu sebagai ensiklopedi dari agama-agama. Bila seorang mengetahui agama Hindu dengan baik, maka Bible, Quran dan Adi Grantha (kitab suci agama Sikh) akan menjadi bacaan menarik. 
Salah satu dari Purana Hindu yang besar, Srimad Bhagawatam mengatakan, "Seperti lebah madu mengumpulkan tetesan madu dari bunga-bunga yang berbeda, orang bijaksana menerima saripati dari kitab suci yang berbeda dan melihat hanya hal-hal yang baik dalam semua agama." Dengan ideologi semacam itu, seorang Hindu seharusnya terdorong untuk membaca semua buku-buku agama-agama dunia.

AYAH, APAKAH AGAMA HINDU MEMPUNYAI PAUS ?
Tidak. Seperti telah aku katakan sebelumnya, dalam agama Hindu tidak ada hierarki jabatan. Seorang dari maharesi zaman dulu, Adi Sankara, mendirikan 4 pertapaan di sudut-sudut India yang berbeda, yang secara populer dikenal dengan nama Sankaramath. Pertapaan itu ada di Sringeri (Mysore), Badrinath (Himalaya), Dwaraka (Gujarat) dan Puri (Orissa). Pendeta kepala pada tiap pertapaan itu disebut Sankaracharya, dan para pendeta di pertapaan itu mengajarkan seluruh aspek agama Hindu kepada orang Hindu. Tentu saja, pertapaan ini tidak mempunyai kekuasaan untuk mengatur kehendak pribadi dari orang Hindu. Ada banyak pertapaan di India di luar dari empat yang aku sebutkan di atas. Semuanya bebas satu sama lain, semua mengajarkan nilai-nilai dan cita-cita Hindu dengan cara-cara mereka sendiri tanpa mengkeritik yang lain.
Tiada seorangpun di keluarkan dari agama Hindu (excommunicated), dan tidak seorangpun dihukum (karena memiliki pemikiran yang berbeda,pen) dalam agama Hindu. Agama Hindu pernah memiliki orang-orang revolusioner seperti Buddha (yang menolak mengakui otoritas Weda-Weda) dan Adi Sankara (yang menyebarkan phalsafah Advaita), tapi agama Hindu tidak pernah memiliki Martin Luther dan tidak akan pernah, karena agama Hindu terbuka terhadap segala macam kritik dari segala arah.

AYAH, APAKAH MUNGKIN MENGEKSPRESIKAN "KEBENARAN YANG HALUS (SUBTLE TRUTHS)" DALAM BAHASA YANG SEDERHANA? DAPATKAH PIKIRAN MANUSIA MENYADARI KEBENARAN TERAKHIR (ULTIMATE TRUTHS) ?
Aku menjawab "tidak" untuk pertanyaanmu. Agama Hindu dimulai dengan Sruti, "itu yang terdengar". Guru-guru zaman Weda yang seperti Kristus, yang disebut Rishi, mendengar kebenaran abadi dalam hati dan pikiran mereka dan mengajari para murid mereka secara telepathi, melalui transfer pikiran yang sebenarnya. Baru kemudian bahasa seperti Sansekerta dan Pali muncul. Untuk jangka waktu yang sangat lama belum ada teks tertulis. Weda-Weda dan Upanishad diajarkan melalui sloka-sloka yang dinyanyikan (chanted lyrics)
Kita tahu bahwa pikiran adalah media yang paling baik untuk mewujudkan ilmu pengetahuan, tapi karena kita tidak dapat mentransfer pikiran, kita mengungkapkannya dalam bahasa-bahasa. Bahasa verbal lebih baik dari bahasa ucapan dalam menyatakan pikiran-pikiran. Sansekerta, Pali, Latin, Yunani dan Ibrani dipergunakan untuk menyatakan pikiran-pikiran di zaman dahulu. Dikatakan bahwa konon Jesus berbicara dalam bahasa Armenia dan beberapa tahun setelah penyalibannya Perjanjian Baru ditulis dalam tiga bahasa : Ibrani, Aramaic dan Yunani. Perjanjian Baru masih memelihara beberapa pernyataan dalam bahasa Aramaic seperti "Eli, Eli, Lama Sabachthani" - "Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkanku ("My God, my God, why has Thou forsaken me?") (Matthew 27:46). Dalam abad 15, versi pertama Injil dalam bahasa Inggris ditulis oleh William Tyndale (1525). Malangnya, dia dituduh bidaah (menghujat Tuhan) dan kemudian dibakar hidup-hidup di tiang pancang.
Setelah Tyndale, berturut-turut tujuh versi Injil ditulis dalam bahasa Inggris, versi terakhir, versi King James, yang paling populer, dikompilasi oleh sejumlah besar teolog dibawah pimpinan Raja James dari Inggris dalam tahun 1611. Malangnya, bahkan edisi pertama dari versi King James ini mengandung lebih dari 300 kesalahan di dalamnya (How We Got the Bible, Neil R. Lighfoot). Ini hanya menunjukkan bagaimana sulitnya menuliskan pikiran dalam kata-kata. Terpisah dari itu, Injil itu penuh dengan angka-angka simbolis. Misalnya, 666 adalah untuk Antikristus dan 12 adalah untuk kemampuan spiritual. Semua hal-hal baik diasosiasikan dengan angka 12 : duabelas rasul, duabelas anak Jacob, duabelas suku Israel, duabelas pintu surga, dst. Dengan dasar simbolisme seperti itu, terjemahan Injil akan menjadi lebih sulit lagi. 
Dewasa ini bahasa Inggris dipergunakan oleh masyarakat secara luas - vokabolarinya sudah berkembang demikian maju, dan menjadi alat utama untuk menyampaikan pikiran-pikiran. Jadi bahasa Inggris mungkin satu-satunya bahasa di dunia yang dapat menyampaikan kebenaran dalam bentuk yang dapat dimengerti. Kita beruntung, kita juga mempunyai matematika, phisika dan ilmu lainnya yang membantu kita untuk memahami kebenaran yang halus dewasa ini. 
Lagipula, pengertian adalah suatu yang sangat pribadi. Misalnya, "E=mc2" mungkin hanya beberapa huruf bagi orang biasa, tapi bagi mahasiswa sains angka itu berbicara banyak sekali. Jadi kebenaran abadi hanya dapat dimengerti bila kita berkembang cukup tinggi untuk memahaminya. Ini juga benar untuk agama Hindu, Kristen, Islam dan agama-agama lain.
Taoisme mengatakan bahwa impresi (kesan) dari kehidupan tidak dapat disampaikan dengan kata-kata. Mistikus China Lao-Tse mengatakan, "Dia yang tahu tidak pernah mengatakan. Dia yang mengatakan tidak pernah tahu." Ini menunjukkan bahwa kebenaran yang halus memang sulit sekali untuk dinyatakan dengan kata-kata, karena kata-kata akan mencoba membatasi ukuran mereka. Adalah benar untuk menyimpulkan bahwa pikiran manusia tidak akan pernah dapat membayangkan kebenaran terakhir dari alam semesta. 
Memang Einstein mencoba untuk mengembangkan "a unified field theory" (apa terjemahannya ini? pen.) untuk menjelaskan teka-teki dari alam semesta, tapi ia gagal dengan sangat menyedihkan.. Akhirnya ia mengakui kekalahannya dan berkata ; "Pikiran manusia tidak mampu memahami alam semesta. Kita seperti anak kecil memasuki perpustakaan yang maha besar." Gauthama Buddha dengan jelas mengatakan bahwa hanya dengan mengatasi eksistensi manusia, seseorang dapat memahami realitas tertinggi. Itulah mungkin alasannya mengapa Buddha, yang meninggalkan negara sebagai seorang pangeran muda untuk memperoleh penyembuhan yang cepat (instant remedy, obat mujarab) bagi usia tua dan kematian, kembali dengan delapan jalan ke Nirwana yang terkenal. Andaikan ada jawaban siap pakai bagi teka-teki alam semesta, guru-guru agung seperti Buddha sudah pasti akan menyerahkannya kepada dunia. Karena jawaban-jawaban mereka samar-samar (ambiguous) bagi hampir semua dari kita, kita harus menghadapi kenyataan bahwa kebenaran terakhir ada di luar pikiran dan di luar persepsi dualitas. 
Dewasa ini, terikat pada kursi rodanya, tidak mampu bicara karena dilumpuhkan oleh satu penyakit yang tak dapat disembuhkan, ahli phisika Inggris yang besar Stephen Hawking mencari Grand Unification Theory (sekali lagi, apa ini terjemahannya, teman-teman phisikawan mungkin bisa bantu, pen.) yang akan menjelaskan semua teka-teki alam semesta. Apakah ia akan berhasil? Apakah ia akan sanggup membuka kunci misteri alam semesta? Ini sebuah pertanyaan yang berharga satu miliar dolar. Alam semestanya Isaac Newton sudah sempurna, linear dan dapat diduga. Alam semestanya Einstein jadi agak tidak dapat diduga dan mengambil satu pola gelombang (took on wave patterns, nah ini lagi?pen.). Para ilmuwan dewasa ini menyatakan bahwa alam semesta agak kacau dan tak dapat diduga.

APAKAH AYAH BETUL-BETUL BERPENDAPAT BAHWA KATA-KATA DAPAT SALAH DITERJEMAHKAN DAN SALAH DIMENGERTI ?
Ya memang. Karena kekurangan kata-kata dalam bahasa Aramaik, Kristus dipaksa menggunakan kata-kata seperti "Kerajaanku," dan "Aku adalah Raja" untuk menjelaskan kebenaran yang halus mengenai spritualitas kepada rakyat. Tapi kata-kata yang sama itu membuat orang-orang Roma marah, karena kerajaan" dan "raja" memiliki arti yang sama sekali berbeda bagi mereka.
Lihat pada kehidupan para Sufi. Seperti guru-guru Hindu yang sudah mendapat pencerahan mengatakan "Aku Brahman" (Jiwa), masing-masing dari mereka (para Sufi itu) mengatakan "Aku Tuhan". Tapi kaum fundamentalis Islam pada zaman itu tidak dapat menangkap makna sejati dari ucapan kaum Sufi besar itu, dan semua Sufi itu dihukum mati. Sepanjang sejarah kamu dapat menemukan banyak contoh dari kesalah-pahaman semacam itu yang disebabkan oleh kemiskinan vokabulari dalam bahasa. Kristus berkisah dengan parabel, dan kita juga mempunyai kisah-kisah mitologis untuk menjelaskan kebenaran yang halus dari alam. Aku rasa andaikata Krishna, Buddha atau Kristus datang kembali dewasa ini, mereka akan menggunakan elektron, DNA, elektromagnetik dan konsep-konsep ilmiah lain untuk menjelaskan kebenaran yang halus itu.

AYAH, APAKAH ANDA PIKIR SEJARAH DAN TRADISI MEMILIKI PERANAN PENTING DALAM SETIAP KITAB SUCI AGAMA ? 
Tepat demikian adanya. Sejarah agama Hindu berkembang secara amat perlahan. Itulah sebabnya mengapa dalam Rig Weda, kita melihat satu masyarakat nomad yang baru menetap di tepi-tepi sungai Indus, menyembah segala macam dewa-dewa alam dan mengatakan : "Pada akhirnya, siapa yang tahu, siapa yang dapat mengatakan dari mana semuanya ini datang dan bagaimana penciptaan terjadi?"
Lihatlah kitab suci yang paling tua, Manusmerti. "Hukum Manu" sesungguhnya adalah sejarah dari suatu masyarakat nomad yang berakar pada tepi-tepi Sungai Indus. Selama periode Rig Weda bangsa Arya selalu terlibat dalam peperangan, dan minum dan judi merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya mereka. Yang meminum Sura dikenal sebagai Para Sura atau Dewa, dan yang menolak meminum minuman ini dikenal sebagai Asuras. Kamu akan melihat bahwa Manu membatasi kebebasan manusia dalam berbagai cara. Dia juga meletakkan dasar-dasar sistem kasta.
Sama halnya, lihat dalam Exodus di Perjanjian Lama. Dalam menceritakan kepada kita eksodus dari orang Jahudi dari Mesir, kitab ini menggambarkan satu masyarakat yang mengampuni perbudakan. Perjanjian Lama adalah sejarah sebenarnya dari orang Jahudi pada zaman itu. Jadi saya sepenuhnya setuju dengan kamu, hampir semua kitab suci di dunia ini merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah dan tradisi.

APAKAH METAPORA MERUPAKAN SATU BAGIAN DARI KITAB SUCI ?
Mungkin banyak yang tidak setuju denganku, tapi aku harus mengatakan bahwa metapora merupakan bagian utuh dari kitab suci semua agama. Penyair dalam diri orang suci telah mengambil bagian dan menulis ketentuan-ketentuan atau isi dalam hampir semua kitab suci agama-agama dunia. Kita akan segera menemukan baris-baris yang sama seperti "Pemakan Teratai" (Lotus Eaters) dari Tennyson dalam semua kitab suci agama-agama dunia.
Karena itu kitab-kitab suci agama-agama harus di scan untuk mendapat arti yang tepat dari pada mengangap benar setiap kata yang tertulis. Kita akan melakukan kesalahan yang amat besar kalau kita mencoba manganalisis arti harfiah dari kitab-kitab suci itu. Sesungguhnya, pada tanggal 14 Desember 1990, Paus Johanes Paulus II mengingatkan orang-orang Kristen atas penerjemahan secara literal dari Bible. "Buku-buku dari Bible memiliki Tuhan sebagai pengarang, tetapi manusia yang menyusun buku-buku itu juga adalah pengarang yang sebenarnya." Dia menambahkan bahwa arti esensial dari Bible akan hilang dalam terjemahan yang didasarkan secara tegas pada fakta-fakta yang dapat diamati.

APAKAH ANDA MENGATAKAN BAHWA ADA SEORANG PENYAIR DALAM SETIAP ORANG SUCI (NABI, RASUL, MAHARESI), DAN BAHWA SEMUA TULISAN-TULISAN DAPAT TERDIRI ATAS KEBENARAN DAN JUGA UNSUR-UNSUR DARI IMAGINASI ORANG SUCI ITU ? 
Kamu mengatakan hal itu dengan benar. Aku tidak akan dapat mengatakan dengan kata-kata yang lebih baik. Jadi semua kitab suci tidak harus diikuti kata demi kata, tapi kitab-kitab suci itu discan untuk menemukan kebenaran. Ini berlaku untuk agama Hindu dan semua agama lain termasuk agama Kristen.

AYAH, SIAPAKAH ORANG ATHEIS ITU? APAKAH ORANG ATHEIS DAN ORANG AGNOSTIK ITU SATU DAN SAMA ?
Kata "theism" berarti "percaya pada Tuhan atau Dewa-Dewa." Jadi kata "atheism" berarti tidak adanya keyakinan akan Tuhan, atau keyakinan bahwa Tuhan atau Dewa-Dewa itu tidak ada dalam bentuk apapun. Jadi secara singkat, seseorang yang tidak percaya pada adanya Tuhan adalah seorang atheis.
Seorang agnostik, pada sisi lain, adalah seorang yang percaya bahwa ada sesuatu di luar pikiran manusia. Seorang agnostik mungkin percaya mungkin pula tidak percaya pada Tuhan. Jadi seorang agnostik bisa seorang theis atau seorang atheis. Istilah "gnostic" atau "agnostic" dibuat oleh philsuf-pemikir Thomas Huxley pada tahun 1869. "Gnostic" berasal dari akar kata "gnosis", artinya "mengetahui" (to know).
Penjelasan terbaik dari kedua istilah ini terdapat dalam Catholic Encyclopedia sebagai berikut : "Seorang agnostic bukanlah seorang atheis. Seorang atheis menolak keberadaan Tuhan, sesorang agnostik mengakui ketidak-tahuannya mengenai keberadaaan Tuhan. Bagi orang agnostik, Tuhan mungkin ada, tapi akal tidak dapat membuktikan keberadaan atau ketidak beradaanNya." 

APAKAH ANDA HENDAK MENGATAKAN KEBANYAKAN ORANG ADALAH AGNOSTIK?
Saya hendak mengatakan beberapa intelektual agnostik, tapi pada saat yang sama, kebanyakan massa yang tidak terdidik adalah orang-orang beriman. Kebanyakan agama menggunakan ketakutan kepada Tuhan dan neraka untuk membuat rakyat percaya kepada agama itu. Tapi hal ini tidak akan pernah kamu temui dalam agama Hindu, dimana seorang yang percaya, seorang atheis dan seorang agnostik dapat hidup berdampingan dengan bahagia. Mari kita lihat kasus Bertrand Russell. Banyak yang melihat dia sebagai seorang atheis, tapi ia sesungguhnya seorang agnostik. Dia mempertanyakan segalanya tapi ia tidak pernah sampai pada satu kesimpulan. Satu-satunya kesalahan yang ia lakukan adalah menulis satu buku berjudul "Why I Am Not a Christian." Dia seharusnya tidak memberi judul bukunya seperti itu, sebab ia tidak memiliki hak untuk melukai perasaan jutaan pemeluk teguh agama Kristen di seluruh dunia. Dia seharusnya memberi judul bukunya "The Doubts I Have About World Religions." Itu akan menyelamatkan dia dari kritik-kritik yang tidak perlu dari berbagai pusat-pusat agama dan juga penolakan terhadap tugas mengajar di New York City College. 
Bagaimanapun aku kira dia tidak pernah menulis bahwa Tuhan itu tidak ada. Karena itu akan berlawanan dengan gayanya, menolak atau menyetujui sesuatu yang ia sendiri tidak memiliki ide atau definisinya. Russell tidak menolak Tuhan, karena ia tidak dapat mendefinisikan Tuhan. Dari sudut pandang agama Hindu, orang bisa menghormati dan mengagumi orang-orang seperti Russell, Freud dan Darwin.
Agama Hindu memiliki saham dalam atheisme dan agnotisme. Philsafat Charvaka dan pada sisi tertentu philsafat Vaisesika mempertanyakan keberadaan dari satu Tuhan personal (Saguna Brahman, pen). Reshi Kanada, pendiri dari philsafat Vaisesika, hanya menyebut Tuhan dengan "Itu" (That, Tat, pen) dalam seluruh tulisannya.

AYAH, APAKAH ANDA BERMAKSUD MENGATAKAN BAHWA SEORANG AGNOSTIK AKAN MENJADI AGNOSTIK UNTUK SELAMANYA ?
Seluruh kitab suci Hindu menunjuk pada kenyataan bahwa agnotisisme merupakan titik awal dari pencarian kebenaran tanpa lelah. Sama seperti sesendok garam pergi mencari kedalaman sasmudra dan menjadi bagian tak terpisahkan dari samudera itu, seorang agnostik akhirnya akan menemukan kebenaran sejati bila ia tetap teguh dalam pencarian kebenaran itu. Tapi sama seperti Buddha, dia tidak akan sanggup menjelaskan kepada dunia kebenaran yang ia temukan,karena kebenaran itu berada diluar batasan atau perbandingan. Saya rasa kebanyakan agnostik akan menjadi pribadi seperti J. Krishnamurti dan Buddha, asalkan saja mereka tidak mencoba mencari jawaban-jawaban intelektual atas teka-teki alam semesta. 
Sebagai seorang anak yatim-piatu, Krishnamurti dipungut oleh mendiang Annie Besant untuk menjadi pemimpin besar dari Theosphical Society. Tapi bersama dengan berjalannya waktu Krishnamurti mengatasi (transcend) semua kedudukan dan kekuasaan dan mempertanyakan integritas dari segala sesuatu dalam setiap agama. Akhirnya ia menjadi sebuah lembaga sendiri dalam dirinya, tanpa ego setitikpun . Tentu saja, Krishnamurti bukan sama sekali agnostik. Dia adalah seorang ahli logika (logician) dengan kemampuan yang sangat besar. Jadi sejauh menyangkut agama Hindu, agnotisme adalah titik awal dari pencarian kebenaran tanpa kenal lelah.

AYAH, APAKAH ANDA PERCAYA PADA TUHAN ?
Anakku, aku datang dari keluarga yang sangat religius dan karena itu aku percaya pada Tuhan dan kadang-kadang bahkan percaya pada Tuhan yang sangat bepribadi (Saguna Brahman). Kadang-kadang aku lihat Tuhan sebagai satu entitas (pribadi) tanpa perasaan atau kesadaran. Sesuai dengan tempat dan waktu, konsepku mengenai Tuhan berobah. Ketika aku masih remaja aku tidak mempunyai masalah dengan memvisualisasikan "Dia" sebagai Batara (Lord) Krishna, ketika aku menjadi lebih tua aku mulai melihat "Dia" sebagai sumber kekuatan, sesuatu di luar imajinasiku yang paling liar sekalipun. Tentu saja, aku tidak ada masalah mendengar seseorang yang menjelaskan "Dia" sebagai Batara Krishna atau Yesus atau Allah atau Jehovah atau Buddha atau sesuatu yang lain, tidak pula aku keberatan mendengar orang yang menjelaskan "Dia" sebagai suatu yang tanpa bentuk, tidak musnah, abadi, tidak lahir, entitas yang tidak terjelaskan. Satu hal aku tahu dengan yakin. Kita semua adalah bagian utuh dari alam. Kita hanya sekedar alat dari entitas atau energi atau kekuasaan yang tidak kita ketahui atau sesuatu yang tak dapat didefinisikan. Pada satu sisi kita hanyalah kumpulan dari bahan-bahan kimiawi, hanya rangkain DNA. Pada sisi lain kita adalah satu entitas yang memiliki kesadaran.
Sejujurnya, aku dalam kesesatan total (total loss) bilamana aku berpikir tentang Tuhan. Untuk memulai, aku tidak tahu harus mulai dari mana, dan makin banyak aku membaca tentang "Dia", makin banyak aku belajar tentang sains modern, makin sadar aku tentang Tuhan dan alam semesta. Itu tidak berarti bahwa agama mempunyai semua jawaban. Semua agama-agama dunia tidak menjelaskan secara tuntas banyak dari prinsip-prinsip utama mereka. Namun demikian, kekurangan jawaban-jawaban yang wajar membuatku menjadi manusia yang rendah hati. Dewasa ini, aku tahu dengan pasti bahwa kita hanya tahu sedikit sekali mengenai diri kita dan alam semesta.

Source : Ngakan Putu Putra

Lanjutan dari Pengantar Kepada Agama Hindu PART 1
Copyright © 2013 PD KMHDI Jawa Barat and Blogger Templates - Anime OST.
Selamat Datang di Blog Resmi Pimpinan Daerah Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia Jawa Barat