Mengapa Jarang Membaca Weda ?

Mengapa Jarang Membaca Weda ? - Kalau kitab suci umat Hindu adalah Weda, mengapa umat terlihat jarang membaca Weda ?. Kitab suci umat Hindu bukan hanya dalam satu buku Weda yang terdiri dari empat itu, Catur Weda itu Rgveda, Yajurveda, Samaveda dan Atharvaveda, tetapi ada lagi kitab-kitab lainnya yang disebut Upanisad yang banyaknya sekitar 108 kitab, Bhagawad Gita dengan 700 sloka. Ada pula Itihasa, yaitu Ramayana dan Mahabharata, setelah itu ada 18 Purana, kisah-kisah tentang mahluk suci. Lalu ada Darsana, tentang enam sistem filsafat. Karena banyaknya kitab-kitab itu, maka lebih tepat disebut Pustaka Suci. Dan itu tidak hanya mengenai tattva, susila dan upacara, tetapi juga mengenai ilmu pengetahuan, seperti astronomi, matematika, ilmu kedokteran, geografi dan banyak lagi.


Bagaimana umat Hindu mempelajari itu semua ? Untuk memahami mantra-mantra Veda, maharsi Valmiki dalam karya agungnya, Ramayana menyatakan bahwa karya sastra yang bersumber pada sejarah itu dimaksudkan untuk memudahkan seseorang memahami kitab suci Veda. Demikian pula maharsi Vyasa dalam Vayu Purana menyatakan :

Itihasa Puranabhyam vedam samupabrmhayet
bibhetyalpasrutad vedo mamayam praharisyati

Vayu Purana I.20
"Hendaknya Veda dijelaskan melalui sejarah (Itihasa) dan Purana (Sejarah dan mitologi kuna) Veda merasa takut kalau seseorang yang bodoh membacanya. Veda berpikir bahwa di (orang yang) akan memukulku"

Berdasarkan petikan diatas, maka untuk memahami Veda diperlukan pemahaman berjenjang dan komprehensif, maksudnya bahwa setiap orang yang ingin memahaminya sebaiknya memiliki referensi yang luas dari pengetahuan yang sederhana sampai yang lebih dalam dan luas.

Inti-inti dari semua ajaran dirumuskan dalam kalimat singkat yang mudah dipahami, seperti misalnya Tri Kaya Parisudha, yaitu berpikir baik, berbicara baik dan berbuat baik. Tri Hita Karana, hubungan segi tiga yang menyebabkan kebahagiaan, seperti hubungan harmonis antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan Tuhan, antara manusia dengan alam serta pengetahuan tentang Tat Tvam Asi atau pula Vasudaiva Kutumbakam.

Di dalam agama Hindu yang dipentingkan bukan menghafal ayat-ayat atau mantra-mantra tetapi praktik di dalam kehidupan. Menurut guru kita Swami Vivekananda esensi agama itu adalah "berbuat baik, menjadi baik " (Do Good, Be Good).

Demikianlah Artikel/Tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Satyam Eva Jayate

Sumber bacaan buku Hindu Menjawab oleh Ngakan Made Madrasuta dan buku Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan oleh I Made Titib

Referensi : http://blog.semangathindu.com/2013/10/mengapa-jarang-membaca-weda.html

0 komentar:

Wajah Perdamaian untuk Kaum Muda

Wajah Perdamaian untuk Kaum Muda - Tulisan | Menjaga perdamaian di negeri ini adalah hal mutlak yang harus dilakukan untuk kaum penerus bangsa sebagaimana pemuda, saat ini kita tidak perlu banyak berwacana tentang perdamaian perlu tindakan dan langkah pasti untuk mewujudkannya. Peta kurukunan antar masyarakat di Indonesia sendiri masih jauh dari satu kesatuan banyak persolan-persolan konflik antar masyarakat yang terjadi , dalam hal ini yang paling kontras terjadi yaitu persoalan Agama .

Konflik Agama bukanlah hal baru yang terjadi namun hal ini justru tumbuh dan berkembang di era globalisasi. Tidak perlu di pungkiri Indonesia terdiri dari bermacam-macam keanekaragaman Suku, Agama dan Ras sehingga sering dikenal Negara multikultural. Hal dalam perbedaan ini lah menjadi alat yang paling ampuh untuk memprovokasi demi kepentingan golongan. Kebebasan untuk menjalankan agama pun menjadi semakin banyak persoalan salah  persoalan, pendirian tempat Ibadah (salah satu nya HPKB Ciketing pondok timur,bekasi dan kasus Yasmin Bogor).faktor-faktor persoalan  itu dapat di bagi menjadi dua permasalan , pertama faktor non ke Agamaan : kesenjangan Ekonomi,Politik, Sosial dan Budaya dan factor ke Agamaan : penyiaran agama,bantuan penyiaran agama luar negri,pendidikan agama,pernikahan diluar agama ,pendirian rumah ibadah. Dll (sumber : Puslitbang Kehidupan Beragama Kemenag RI )

Dari semua persoalan kerukunan adalah tugas berat para pemuda untuk menjaga kerukunan untuk mewujudkan perdamaian. Apabila di lingkungan kaum muda saja perbedaan agama menjadi penghalang membentuk suatu kesatuan menuju perubahan lebih baik, generasi muda tidak akan lebih baik. Perselisihan akan sering terjadi di mana saja oleh karena perbedaan agama tersebut. Mahasiswa sebagai generasi muda layaknya memikirkan hal ini dan mulai bangkit melakukan suatu perubahan. Mengapa mahasiswa? Karena mahasiswa adalah generasi muda yang sedang bertumbuh dan akan mendominasi kepemimpinan bangsa ini. Generasi muda menjadi aktor terbaik pada perubahan. Jika saat ini generasi muda memahami dan sepaham akan perbedaan agama dan membentuk kesatuan yang didasarkan perbedaan agama maka kerukunan/hubungan lintas agama akan terjaga kearah yang baik. Tindakan yang dilakukan yaitu mengajak semua masyarakat, generasi muda saling memahami perbedaan agama, memperbaiki hubungan lintas agama, dan membentuk kesatuan melawan provokasi-provokasi yang membuat keributan, dan melakukan kegiatan bersama yang mendorong masyarakat saling menghormati didalam pluralisme.

Kaum muda Indonesia memerlukan suatu bangsa dan negara yang bersatu, yakni NKRI yang berpijak pada UUD 45 dan ideologi filosofis Pancasila agar terwujudnya peran  posotif di berbagai bidang kehidupan dan bernegara untuk masa depan  yaitu  :

1. Dalam bidang politik dan ideologi kebangsaan, sebagai para pemimpin bangsa dan negara yang piawai dan cerdas menjalankan roda pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan UUD 45 dan falsafah Pancasila;

2. Dalam bidang ekonomi, sebagai para pelaku bisnis dan kewirausahaan yang dapat meningkatkan taraf kehidupan ekonomi masyarakat, bangsa dan negara secara keseluruhan.

3. Dalam bidang ketahanan bangsa, sebagai patriot bangsa dan negara yang mampu mempertahankan kedaulatan teritorial NKRI Indonesia dan mampu mengadaptasikan bangsa dan negara dengan berbagai arus perubahan besar yang sedang melanda dunia dalam banyak bidang tanpa kehilangan ciri-ciri keindonesiaan yang konsisten dan dinamis;

4. Dalam bidang hubungan internasional, untuk menjadikan Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara yang memainkan suatu peran signifikan dalam percaturan politik dan militer global;

5. Dalam bidang pendidikan dan penelitian serta pengembangan keilmuan, untuk menjadikan Indonesia suatu negara modern yang memainkan suatu peran global yang signifikan dalam penguasaan serta pengembangan sains dan teknologi modern.

6. Dalam bidang kebudayaan, sebagai para pelaku pelestarian dan perubahan kebudayaan yang akan memperkokoh identitas kebangsaan Indonesia dalam lingkup internal domestik dan dalam lingkup masyarakat global.

Tanpa kesatuan dan persatuan sebagai bangsa dan negara, yang diikat oleh UUD 45 dan ideologi Pancasila,  kaum muda Indonesia akan mengalami bukan saja banyak hambatan berat tetapi juga ancaman kegagalan total dalam menjalankan semua fungsi tersebut. Kesatuan dan persatuan bangsa dan negara adalah suatu syarat mutlak yang harus dipenuhi jika kaum muda Indonesia ingin dapat dengan efektif menjalankan keenam fungsi mereka tersebut dalam negara Indonesia di masa depan. Keenam bidang tersebut di atas merupakan tantangan-tantangan luas dan berat yang harus dihadapi kaum muda Indonesia dewasa ini dengan berani, cerdas, ulet, tekun, penuh komitmen dan bermoral. Ini adalah tanggung jawab kita bersama menjaga perdamaian bahwa kita adalah senasib dan sepananggungan untuk dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Oleh : Wayan Fery

Ketua KMHDI Jawa Barat

Cc : http://politik.kompasiana.com/2013/10/31/wajah-perdamaian-untuk-kaum-muda-606688.html

0 komentar:

Kedudukan Seorang Wanita Di Hindu

Kedudukan Seorang Wanita Di Hindu - Beberapa saat yang lalu saat saya berkunjung ke Gramedia Book Store, secara sangat kebetulan saya mengambil sebuah buku yang bertemakan “Wanita” dalam sebuah rak buku teologi. Secara sangat kebetulan saya membuka sebuah halaman secara acak dan saya temukan sebuah ulasan yang sangat menarik, tetapi juga membuat saya geleng-geleng kepala sebagai seorang pengikut Veda.

Buku tersebut adalah sebuah buku karangan seorang “oknum” yang secara umum “mempropagandakan” bahwa dalam ajaran mereka kedudukan seorang wanita adalah sangat terhormat. Sampai disini saya menghormati sang penulis yang mengagungkan agamanya dan saya memandang itu sebagai sesuatu yang wajar. Namun sampai pada sebuah penjelasan yang saya maksud, saya kehilangan simpati terhadap sang penulis. Dalam banyak contoh-contoh-nya sang penulis mendeskreditkan ajaran agama lain mengenai kedudukan wanita.

Hal inilah yang menyebabkan saya tergerak untuk memberikan penjelasan dan merupakan jawaban dari tuduhan buku yang sangat tidak fair tersebut. Dengan menggunakan “azas praduga tidak bersalah” saya akan mencoba mengutip beberapa bukti yang bertolak belakang dengan penjelasan buku tersebut. Namun sekali lagi saya tegaskan, artikel ini tidak dimaksudkan untuk mendeskreditkan seseorang atau kelompok tertentu, melainkan hanya menjawab ketidak-fair-an buku yang saya temukan tersebut.

Sang penulis menjelaskan bahwa  di dalam ajaran Hindu, kedudukan wanita sangat lemah dan tidak berdaya, hanya Agamanya-lah yang menjunjung tinggi harkat dan martabat wanita. Dia memberikan sebuah contoh tentang dewi Sita yang setelah diculik oleh Rahvana dan dibebaskan kembali oleh suaminya, Rama beserta bala tentara keranya akhirnya diperlakukan secara tidak adil, dibuang ke hutan sampai akhir hidupnya. Sang penulis juga menjelaskan bahwa di Hindu wanita diperlakukan secara tidak adil dengan mengharuskannya menjalankan sati, yaitu dibakar hidup-hidup setelah suaminya meninggal.

Apa benar Hindu mengajarkan seperti itu?

Saya pribadi tersenyum mendengar penjelasan sang penulis yang “bodoh” ini. Dia mendeskreditkan ajaran agama lain tanpa pernah membaca ajaran Hindu yang sebenarnya. Apalagi dengan memberikan deskripsi kejadian tanpa mengutip sumber yang valid.

Kisah Dewi Sita dan Rama dapat kita temukan dalam kitab Ramayana yang ditulis oleh Maha Rsi Valmiki yang menurut kronologi waktu dari Veda sendiri berlangsung 18,1 juta tahun sebelum masehi. Kitab Ramayana adalah bagian dari Itihasa, yaitu suatu epos/sejarah kepahlawanan yang memang benar-benar pernah terjadi.

Mengenai bukti sejarah Ramayana sudah dibuktikan dengan ditemukannya reruntuhan kerajaan Ayodya dan juga jembatan yang dibangun tentara kera untuk menghubungkan India dengan Alenka (Srilanka) sebagaimana dapat diamati melalui pencitraan satelit NASA.



Kisah dewi sita menjalani pengasingan di Hutan dan akhirnya masuk kembali ke dalam perut bumi diceritakan dalam bagian (kanda) terakhir dari Ramayana. Jika kita pahami secara mendetail literatur Veda, penjelmaan Rama, Laksmana dan Sita adalah Avatara Tuhan yang muncul kedunia dengan tujuan membinasahkan orang jahat dan menyelamatkan orang saleh sebagaimana disebutkan dalam

Bhagavad Gita 4.8


pariträëäya sädhünäà  vinäçäya ca duñkåtäm  dharma-saàsthäpanärthäya sambhavämi yuge yuge

Artinya :
Pada dasarnya Tuhan tidak harus muncul dan hadir kedunia sebagai Rama untuk membinasahkan Rahvana, tetapi Beliau melakukan “lila”, sandiwara rohani yang dapat dijadikan falsafah hidup bagi seluruh umat manusia.

Singkat cerita, setelah Rahvana binasah di tangan Avatara Rama, Sita-pun terselamatkan dan dengan menggunakan pesawat “Vimanas” diterbangkan menuju Ayodya, kerajaan Sri Rama. Rama sebagai anak tertua dari tiga bersaudara akhirnya diangkat sebagai raja Ayodya untuk menggantikan Ayahnya yang sudah wafat dan otomatis Sita menjadi ratu-nya.

Setelah beberapa waktu berlalu, di kalangan rakyat Ayodya beredar desas-desus yang menyangsikan kesucian Dewi Sita yang sempat diculik dalam jangka waktu yang lama oleh Rahvana. Sampai pada akhirnya berita tidak sedap ini sampai kepada Rama, suami dewi Sita. Sudah barang tentu Rama sebagai Avatara Tuhan yang mengetahui segala sesuatu tidak meragukan kesucian dewi Sita, namun untuk meredam desas-desus rakyatnya akhirnya Rama menyiapkan suatu upacara di mana Sita harus meloncat kedalam kobaran api. Jika Sita tidak suci, maka api akan membakar habis tubuh dewi Sita, tetapi jika Sita suci, maka api tidak akan sanggup membakarnya. Dalam upacara ini Sita sama sekali tidak terbakar dan hal ini membuktikan bahwa Sita benar-benar tidak ternoda.

Namun para rakyat yang dipenuhi oleh Avidya (kebodohan) masih saja menyangsikan prihal kesucian Dewi Sita, sampai pada akhirnya Rama sebagai seorang raja yang menjalankan Dharma Kesatria yang harus mengayomi seluruh rakyatnya dan menjaga ketertiban masyarakat memutuskan untuk mengasingkan dewi Sita ke hutan ketempat pertapaan Rsi Valmiki. Pada saat pengasingan ini dewi Sita sedang mengandung dan akhirnya melahirkan anak kembar di pertapan Rsi Valmiki. Oleh Maha Rsi Valmiki kedua anak ini dinamakan Kusa dan Lawa. Rsi Valmiki yang memiliki tugas menuliskan kisah Rama dan Sita kedalam kitab Ramayana ini mengajarkan kedua anak Rama dan Sita ini melantunkan syair-syair tentang kisah hidup orang tua mereka sendiri.

Sampai pada akhirnya Kusa dan Lawa mendapat kesempatan membawakan kisah ini di depan Rama, ayat mereka di istana Ayodya. Menyadari bahwa Kusa dan Lawa adalah anak-Nya, Rama langsung memeluk mereka. Singkat cerita akhirnya Rama memanggil dewi Sita kembali ke istana. Namun sebagai akhir “ lila ” Sri Rama, Dewi Sita menolak untuk kembali dan memilih kembali ke dalam dekapan ibu pertiwi, Dewi Sita kembali ke dalam perut bumi, dan Rama-pun akhirnya kembali ke Vaikuntaloka (Alam Rohani).

Jika kita membaca sepenggal kisah ini, mungkin kita akan beranggapan bahwa Sita diperlakukan secara tidak adil sebagai seorang wanita. Namun pada dasarnya ini adalah “ lila ”, sebuah sandiwara rohani yang tanpa dewi Sita pergi ke hutan ke pertapaan Rsi Valmiki, maka Ramayana mungkin tidak akan pernah ada dan diceritakan sampai saat ini. Demikian juga dari segi Dharma seorang Raja. Seorang yang menjabat sebagai pemimpin/raja, maka dia harus dapat melayani semua orang yang dipimpinnya, dia bukan lagi milik istrinya, anak-anak dan keluarganya, tetapi milik semua rakyatnya dan dia harus mengutamakan kepentingan rakyat banyak diantara kepentingan pribadi dan keluarga. Karena itulah pada saat itu tindakan Rama dan ketulusan Sita untuk mengasingkan diri kehutan demi kepentingan rakyat sudah sangat tepat.

Mengenai tindakan dimana seorang istri menceburkan diri kedalam perabuan suaminya atau “sati” memang dikenal oleh peradaban masyarakat Hindu. Tetapi tidak ada satupun sloka Veda yang mewajibkan seorang istri untuk ikut membakar diri bersama mayat suaminya. Mereka yang melakukan upacara sati adalah mereka yang memang atas dorongan dirinya sendiri yang memiliki cinta kasih dan pengabdian yang tulus pada suaminya. Dasar dari seorang istri untuk melakukan sati mungkin adalah Manu Smrti 2.67
“ Patise-va gurau vasah |  melayani suami dengan  tulus  di rumah sama dengan tinggal di Gurukula” dan lebih lanjut dikatakan, “ Suddha  nari  pativrata | istri yang selalu setia kepada suami dalam kesenangan  maupun kesusahan adalah wanita saleh ” (CN.8.18). Seorang istri yang setia seperti ini menurut Veda sudah pasti akan diangkat kedalam kedudukan yang lebih tinggi, mereka sduah pasti akan mencapai Sorga. Namun demikian Veda berkali-kali mengingatkan bahwa tujuan akhir kita bukan Svarga/Sorga, tetapi Moksha, mencapai alam rohani yang sat-cit-ananda. Dan kit juga bukan badan ini, kita adalah Atman/jiva. Kita mengambil wujud sebagai namusia, sebagai laki-laki dan wanita hanya karena badan material ini, namun Atman/jiva kita tetaplah sama. Sama sekali tidak terdapat perbedaan antara atman/jiva seorang lelaki dan seorang perempuan. Tidak terdapat perbedaan atman/jiva seorang manusia dengan atman/jiva hewan dan tumbuhan. Hali ni juga ditegaskan dalam

Bhagavad Gita 6.29
Sarva bhuta-stham atmanam sarva bhutani catmani
Sarvatra sama darsanah
Artinya : 
Yogi sejati melihat sang Atma ada dalam badan jasmani segala makhluk dan juga melihat segala makhluk dalam Atma. Sungguh, ia yang telah insyaf diri melihat Atma yang sama dimana-mana.

Kesadaran yang mengatakan kita adalah manusia, yang mengatakan bahwa kita adalah lelaki dan perempuan adalah kesadaran palsu dari interaksi sang Jiva dengan maya.

Bhagavad Gita 7.27
Iccha dvesa samutthena dvandva mohena bharata sarge yanti parantapa
Artinya :
O keturunan Bharata, dibuai oleh keinginan menikmati secara terpisah dari-Ku dan keengganan melayani-Ku, wahai Penakluk musuh, maka  ia  (sang jiva) jatuh ke alam material.

Oleh karena na " bhajante ", tidak mau mengabdi kepada Sri Krishna dan " avajananti ", tidak senang kepada Beliau, maka " sthanad brastah patanti adhah " , jatuhlah sang jiva ke alam material (Bhagavata Purana 11.5.3).

Jadi sloka-sloka ini sudah sangat jelas bahwasanya Veda tidak membedakan antara wanita dan pria, bahkan Veda juga tidak membedakan seorang manusia dengan mahluk yang lain, melainkan semuanya adalah sama, yang membedakan hanyalah tingkat “Bhakti” sang Atman/Jiva kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Bukti yang sangat kuat mengenai kedudukan wanita yang sejejar dengan pria dapat dilihat dari penerimaan pewahyuan Veda itu sendiri. Wahyu kitab suci Veda diterima oleh 332 orang suci. 300 orang diantaranya adalah seorang Pria, yaitu antara lain Rsi Atri, Bhrugu, Vasishtha, Vishwamitra, Agastya, Yagyavalkya, Kanva, Bharadwaja, Gautama, Kashyap, Angirasa dan lain-lain. Dan 32 yang lainnya adalah seorang Brahmavadini, atau seorang Rsi wanita, yaitu antara lain Maitreyi, Gargi, Lopamudra dan lain-lain.
Melihat dari proses penerimaan Veda sendiri yang dapat diterima oleh seorang wanita, menunjukkan bahwa kedudukan wanita dalam hindu adalah sejajar dengan pria. Hal seperti ini mungkin tidak akan pernah anda temukan dalam sejarah agama yang lain, terutama agama-agama Abrahamik.

Demikianlah Tulisan/Artikel yang kami kutip dari sebuah website yang telah kami cantumkan alamat sumbernya. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan serta wawasan kita.

Referensi : #ngarayana | http://narayanasmrti.com/hindu-menjawab/kedudukan-seorang-wanita-hindu-rendah/

0 komentar:

Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928

Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 - Sumpah Pemuda adalah bukti otentik bahwa tanggal 28 Oktober 1928 bangsa Indonesia dilahirkan. Oleh karena itu sudah seharusnya segenap rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia. Proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.



Rumusan Kongres

Rumusan Kongres Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada secarik kertas yang disodorkan kepada Soegondo ketika Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres (sebagai utusan kepanduan) sambil berbisik kepada Soegondo: Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini), yang kemudian Soegondo membubuhi paraf setuju pada secarik kertas tersebut, kemudian diteruskan kepada yang lain untuk paraf setuju juga. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.

Isi

Sumpah Pemuda versi orisinal :

Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kedoewa
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Sumpah Pemuda versi Ejaan Yang Disempurnakan :

Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.


Kongres Pemuda Indonesia


# Panitia Kongres

Dalam upaya mempersatu wadah organisasi pemuda dalam satu wadah telah dimulai sejak Kongres Pemuda Pertama 1926. Oleh sebab itu, tanggal 20 Februari 1927 telah diadakan pertemuan, namun pertemuan ini belum mencapai hasil yang final.

Kemudian pada 3 Mei 1928 diadakan pertemuan lagi, dan dilanjutkan pada 12 Agustus 1928. Pada pertemuan terakhir ini dihadiri semua organisasi pemuda dan diputuskan untuk mengadakan Kongres pada bulan Oktober 1928, dengan susunan panitia dengan setiap jabatan dibagi kepada satu organisasi pemuda (tidak ada organisasi yang rangkap jabatan) sebagai berikut:

Ketua                   : Sugondo Djojopuspito (PPPI)
Wakil Ketua         : R.M. Joko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris             : Muhammad Yamin (Jong Soematranen Bond)
Bendahara            : Amir Sjarifudin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I           : Johan Mohammad Cai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II          : R. Katjasoengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III         : R.C.I. Sendoek (Jong Celebes)
Pembantu IV         : Johannes Leimena (Jong Ambon)
Pembantu V          : Mohammad Rochjani Su'ud (Pemoeda Kaoem Betawi)

# Kongres Pemuda Indonesia Kedua

Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.

Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu "Indonesia Raya" karya Wage Rudolf Supratman yang dimainkan dengan biola saja tanpa syair, atas saran Sugondo kepada Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia.

# Peserta

Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dll. Di antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie namun sampai saat ini tidak diketahui latar belakang organisasi yang mengutus mereka. Sementara Kwee Thiam Hiong hadir sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond. Diprakarsai oleh AR Baswedan pemuda keturunan arab di Indonesia mengadakan kongres di Semarang dan mengumandangkan Sumpah Pemuda Keturunan Arab.

# Gedung

Bangunan di Jalan Kramat Raya 106, tempat dibacakannya Sumpah Pemuda, adalah sebuah rumah pondokan untuk pelajar dan mahasiswa milik Sie Kok Liong.

Gedung Kramat 106 sempat dipugar Pemda DKI Jakarta 3 April-20 Mei 1973 dan diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada 20 Mei 1973 sebagai Gedung Sumpah Pemuda. Gedung ini kembali diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 20 Mei 1974. Dalam perjalanan sejarah, Gedung Sumpah Pemuda pernah dikelola Pemda DKI Jakarta, dan saat ini dikelola Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata


Referensi : http://id.wikipedia.org/wiki/Sumpah_Pemuda

0 komentar:

Siapakah Yang Berhak Merayakan Kemenangan Dharma (Hari Raya Galungan) ?

Siapakah Yang Berhak Merayakan Kemenangan Dharma (Hari Raya Galungan) ? - Artikel - Hindu - Tujuan agama Hindu adalah untuk mencapai Moksartham ( Kebahagiaan Rohani ) dan Jagadhita ( Kebahagiaan Jasmani ). Untuk mencapai kebahagiaan jasmani dilaksanakan melalui Tri Purusa Artha ( Dharma, Artha dan Kama ), sedangkan untuk mencapai kebahagiaan rohani dilaksanakan melalui Catur Marga ( Bhakti, Karma, Jnana dan Raja Marga ). Kedua tujuan ini dilaksanakan melalui 3 kerangka agama Hindu ( Filsafat, Upacara dan Susila ).


Yang dibahas disini sesuai dengan Hari Raya Galungan adalah tujuan rohani dengan memakai 3 kerangka agama Hindu sebagai berikut :

1. FILSAFAT

Kita bereinkarnasi ke dunia ini, itu artinya masih ada perbuatan kita yang adharma, bisa dibuktikan dengan kita bereinkarnasi memakai badan kasar yang terbuat dari Panca Mahabhuta. Maha Bebhutaan ( Bhutaning Bhuta ) yang berjumlah 5 disebut Panca Mahabhuta, yang kemudian kita sebut ADHARMA.
Selama kita masih memakai badan kasar, maka kita tidak akan bisa menghindar dari dualitas kehidupan dan salah satu dualitas itu adalah suka dan duhka, artinya betapapun dalam kehidupan ini kita menemukan suka, sudah pasti suatu saat kita akan menemukan duhka. Hindu mengetahui ini, sehingga Hindu ingin menghindari dualitas ( suka duhka ) agar bisa menemukan suka sujati / suka tan pawali duhka yang lebih dikenal dengan sebutan MOKSA.

2. UPACARA

Kemudian bagaimana caranya agar kita bisa mencapai Moksa itu ? Sudah tentu kita harus menghilangkan adharma atau unsur badan kasar pada diri kita dalam artian pada kehidupan berikutnya harapan kita tidak lagi bereinkarnasi ke dunia ini memakai badan kasar, inilah yang disebut Moksa. Bagaimana upa-CARA-nya untuk mencapai Moksa ? Hindu memperkenalkan 4 cara yang disebut Catur Marga yaitu Bhakti, Karma, Jnana dan Raja Marga. Dari 4 upa-CARA ini kita ambil Bhakti Marga karena memang upa-CARA ini yang paling banyak dilakukan oleh umat. Bagaimana cara melakukan Bhakti Marga ? Banyak caranya misalnya mendirikan pelinggih, sembahyang dan salah satunya adalah melalui : Peringatan Hari Raya. Salah satu hari raya itu adalah GALUNGAN

Kembali ke pokok permasalahan yaitu bagaimana caranya kita agar mencapai Moksa sesuai dengan tujuan agama ? Pada prinsipnya adalah menghilangkan adharma ( unsur badan kasar/ bhutaning bhuta/ mahabhuta ) agar muncul dharma ( dewaning dewa/ Mahadewa ). Untuk ini dibuatlah filsafat melalui hari raya dan salah satu hari raya itu adalah GALUNGAN

Kemudian apa makna yang tersirat di dalam perayaan Hari Raya Galungan ?
Hari Raya Galungan adalah suatu hari untuk memperingati/ memberi ingat kepada kita agar dalam menapak kehidupan sehari – hari kita senantiasa ingat untuk selalu memenangkan dharma dengan nampah/ membunuh sifat kebinatangan yang berwujud Rajasika (ayam) dan Tamasika (babi) dengan harapan tumbuhnya sifat Satwika dalam kehidupan sehari – hari dengan tujuan akhir agar tercapai MOKSA. Ini adalah suatu janji yang diucapkan di hadapan Tuhan. Mengapa kita berjanji kepada Tuhan ? Ya sesuai dengan tujuan Moksartham itu sendiri. Ini yang harus kita selalu ingat setiap saat agar kita selalu ingat tujuan kita bukan hanya untuk mencapai jagadhita saja, juga untuk mencapai moksartham. Untuk tujuan jagadhita hampir setiap hari kita ingat serta untuk tujuan moksartham pun mestinya kita senantiasa ingat, kita mencari artha sesuai dengan tujuan jagadhita untuk tujuan kama dan dharma berdasarkan DHARMA.
Inilah adalah janji dalam diri ( Yama Brata ) yang kemudian untuk dilaksanakan ( Niyama Brata ). Janji ini diucapkan di hadapan Tuhan melalui peringatan Upacara Hari Raya Galungan dengan memakai sarana bebanten.

Kemudian siapakah yang berhak merayakan Hari Raya Galungan sebagai pengingat agar setiap saat kita senantiasa ingat untuk memenangkan / melaksanakan Dharma setiap saat ?
Jawabannya :

Sebenarnya semua makhluk hidup, dalam hal ini akan dijawab dengan segenap umat Hindu sebagai konsekwensi tujuan Hindu untuk mencapai Moksartham.

3.SUSILA

Melaksanakan hari raya adalah merupakan suatu Yadnya ( Dewa Yadnya ) yang harus dilaksanakan berdasarkan susila yaitu Satwika Yadnya

Oleh : Bapak Putu Suekantara

2 komentar:

Hari Raya Galungan dan Kuningan - 23 Oktober dan 2 November 2013

Keluarga Besar PD KMHDI Jawa Barat mengucapkan Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan kepada seluruh Umat Hindu. 23 Oktober dan 2 November 2013

" Satyam Eva Jayate Nanrtam "

(Mundaka Upanisad III.1.6)



Satyam Eva Jayate

FB        : PD KMHDI JABAR
Twitter : @KMHDIJABAR
Blog     : http//:PDKMHDIJabar.blogspot.com

0 komentar:

Selamat Datang Anggota Baru !!!

Selamat Datang !!!

Selamat Datang Anggota Baru !!! - Sekali lagi saya ingin mengucapkan selamat datang kepada para anggota baru KMHDI PD Jabar. Setelah melewati MPAB pada hari minggu tanggal 6 Oktober 2013 dan malam inagurasi pada tanggal 12 dan 13 Oktober kemarin, kalian telah resmi menjadi anggota PD KMHDI Jabar, selain karna udah selesai mengikuti rangkaian acara yang udah dibuat kalian juga udah ada SK yang meresmikan kalian sebagai anggota baru KMHDI PD Jabar *yeaaaaa*


Kali ini saya bukan ingin mengucapkan selamat (bosen nyelametin terus),tapi lebih untuk ngebahas apa aja yang kita udah lakuin di tanggal 6,12, dan 13 Oktober kemaren. Selain buat review sekalian juga pengen bikin yang gak ikut acara ini nyesel. Acara dimulai pada Minggu 6 oktober 2013. Seluruh panitia diwajibkan datang pada pukul 09.00 pagi,dan sebagai panitia yang baik saya datang jam 09.30 pagi *tolong jangan ditiru yaa*. Seluruh panitia yang sudah datang langsung saling bantu untuk menyiapkan acara yang dimulai pada pukul 10.00 pagi.

Jam sudah menunjukan pukul 10.00 pagi,yang artinya acara sudah seharusnya dimulai. Acara pertama adala registrasi peserta. Registrasi peserta tujuan nya agar dapat mendata berapa peserta yang ikut acara MPAB tersebut. Setelah ditotal peserta yang mengikuti acara MPAB hari pertama itu sejumlah 39 (tiga puluh sembilan) orang *yeaaaa*. Setelah registrasi, para peserta MPAB di arahkan menuju pura untuk sembahyang bersama. Acara sembahyang ini bertujuan untuk.....yaaa sudah tau lah ya untuk apa jadi gak perlu di jabarin lagi tujuan dari sembahyang itu apa. Setelah mereka selesai sembahyang mereka diarahkan keruang kelas untuk mengadakan gladi upacara dan diteruskanr dengan upacara pembukaan. Suasana upacara pembukaan dapat dikatakan hikmat dengan suara” orang yang sedang arisan di sebelah ruang kelas yang kita gunakan untuk upacara.

Setelah upacara pembukaan selesai acara dilanjutkan dengan perkenalan pemateri. Pemateri yang ada di acara MPAB hari pertama ini adalah Ary Pradyana, Wayan Fery Sanjaya, Pradnya W, dan Ary chit. Materi yang mereka sampaikan ??? nanti saya beritahu. Melihat wajah peserta yang sedang menahan lapar dan mencoba menahan amarah dari cacing” yang ada di dalam perutnya,maka acara berikut nya dilanjutkan dengan makaaaan siaaaaanggg. Begitu peserta mendengar bahwa acara selanjutnya adalah acara makan siang,wajah mereka berubah ceria seketika. Melihat para peserta yang sedang menyantap makan siang yang kita berikan para panitia juga tidak mau kalah,maka para pantia duduk bersama peserta untuk bersama – sama menyantap makan siang, yaaa bisa dibilang pendekatan secara personal.

Perut sudah kenyang,sekarang waktunya tidur siang...,eh salah maksut nya waktu untuk materi. Materi yang pertama adalah tentang Organisasi yang dibawakan oleh Ary Pradnyana,ary membawakan materi nya dengan cukup baik sehingga para peserta tidak mengalami kengantukan setelah makan siang. Setelah materi organisasi,materi selanjutnya adalah materi tentang jati diri KMHDI yang pertama yaitu religius. Sesuai materinya sosok yang cocok untuk membawakan materi ini adalah tidak lain tidak bukan bapak Wayan Fery Sanjaya. Saya mengakuin bapak Fery membawakan materi nya dengan sangat bagus sehingga para peserta sangat antusias mendengarkan materi yang diberikan. Materi ketiga yaitu masih dari materi jati diri KMHDI yaitu nasionalis yang dibawakan oleh Pradnya.

Setelah pikiran dituntut untuk fokus merhatiin materi yang diberikan oleh para pemateri saat nya untuk....jeng jeng... ice breaking. Game ice breaking nya lumayan untuk menghancurkan kepenatan selesai merhatiin materi yang diberikan. Ice breaking jangan kelamaan nanti peserta nya ketagihan jadi diputusin buat lanjut materi berikutnya yang disampaikan oleh Ary Chit. Ary nerangin tentang materi Jati diri KMHDI yang terakhir yaitu Humanis dan Progresif. Karena sudah mulai materi maka para peserta kembali menyimak materi dengan seksama. Selesai materi untuk mencairkan suasana lagi diadakannya game keakraban yang di pimpin oleh nicky. Game nya seru,tapi teralu panjang kalo diceritain disini bisa – bisa kriting ini tangan ngetik nya.

Selesai main game,waktu sudah menjelang malam hari. Ini ditunjukan dengan langit yang sudah mulai gelap. Sore menjelang malam itu enaknya dengerin motivasi yang diberikan oleh senior kita yaitu bli Gung Dalem sama Bli Arie Suyasha. Motivasi yang diberikan kepada para peserta sangat bagus sampai” para peserta menyimak dengan seksama. Selesai motivasi sore yang diberikan oleh kedua senior hebat tersebut acara dilanjutkan dengan penutupan,isi dari acara penutupan berupa info bahwa acara MPAB belum selesai sampai disini,melainkan akan dilanjutkan pada tanggal 12 dan 13 Oktober 2013 alias minggu depannya. Sebagai penutup acara malam itu akan diadakan sembahyang bersama.


SEMINGGU KEMUDIAN

Sabtu 12 Oktober 2013 ditemani rintik” hujan yang gak lucu,para panitia sudah siap di pura Pura Wira Satya Dharma Ujung Berung untuk melangsungkan malam inagurasi kelanjutan dari acara MPAB 2013. Awal nya acara mulai pada pukul 17.00 tetapi karna peserta yang datang baru sedikit jadi terpaksa acara mundur dan baru dimulai pukul 18.00. Acara pertama pada malam inagurasi adalah registrasi awal,registrasi ini bertujuan untuk mendata kemabali berapa peserta yang hadir pada hari kedua ini,dan berapa peserta yang baru hadir pada hari kedua ini.
Acara kedua setelah para peserta hadir adalah makan malam lalu dilanjutkan sembahyang bersama. Selama sembahyang bersama panitia masih menunggu beberapa peserta yang menyusuk atau telat karena hujan.


Cieee yang lagi sembahyang

Setelah para peserta selesai sembahyang ditambah ada peserta yang baru datang acara dilanjutkan makan malam. Dengan sangat hikmat para peserta bersama panitia menyantap makan malam bersama. Setelah perut terisi penuh saat nya acara inti dimulai. Acara inti yang pertama adalah pembagian tugas yang diberikan oleh Bli Gung Dalem kemudian dilanjutkan dengan materi penjabaran tugas pengurus. Penjabaran tugas pengurus dimulai dari pengurus inti yang diisi oleh bli Fery dengan kak Sandra.
Penjabaran tugas pengurus inti yang kedua adalah bagian Biro Organisasi yang diisi oleh Pradnya. Peserta sejauh ini masih menyimak materi yang diberikan oleh para pemateri. Pemateri disini diisi langsung oleh para ketua biro dari setiap masing – masing biro. Setelah biro organisasi,bagian biro selanjutnya adalah biro litbang yang diisi oleh Ary Pradnyana. Setelah beberapa biro telah menjelakan tentang anggota dan apa tugas dari tiap biro waktu nya untuk cemil – cemil lucu alias Cofee Break. Layaknya orang yang kelaparan di malam hari cemilan yang diberikan langsung diserbu oleh para peserta. Selesai sedikit mengisi perut acara dilanjutkan kembali ke materi penjabaran tugas biro kaderisasi dan biro humas. Pada biro kaderisasi diisi oleh Bli Gung Dalem sedangkan untuk Biro Humas diisi oleh Gede Teguh.

Selesai semua biro menyampaikan tugas dan para anggota nya acara dilanjutkan ke motivasi pada malam hari. Umumnya malam – malam mendengarkan motivasi pikirian sudah tidak fokus,tetapi peserta malam inagurasi tahun ini sebaliknya,mereka tetap fokus dan cenderung antusias mendengarkan motivator yang memberikan motivasi pada malam itu. Motivator pada malam itu adalah tamu dari jakarta yaitu Bli Arsane, yang sengaja diundang dari jakarta (tamu import).



Selesai mendengarkan motivasi tidur ??? jangan harap,acara masih panjang dan pastinya makin seru. Selesai mendengarkan motivasi,para peserta disuruh menutup mata dan berjalan keluar menuju sebuah kejutan yang luar biasa yaitu apiiiii unggunnnn. Konsep api unggun kali ini berbeda dari api unggun biasanya,api unggun yang ini dikelilingi oleh lilin – lilin kecil jadi so sweet gitu *loh.
Semua perserta mengelilingi api unggun didampingi oleh panitia dan mendengarkan motivasi yang diberikan oleh Bli Gung Dalem dan Bli Arsane dengan hikmat lalu ditutup dengan menyanyikan lagu mars KMHDI bersama – sama. Selesai acara api unggun seluruh peserta dan panitia pergi ke alam mimpi alias tidur untuk mengistirahatkan badan dan pikirannya.


Awas bli apinya panas.....

Pagi harinya sekitar pukul 05.30 peserta dibangunkan untuk melanjutkan acara dihari terakhir. Acara dimulai dengan senam pagi yang dipimpin oleh Ary Pradnyana,dan dapat dikatakan senam pagi tersebut cukup membuat perut sakit dengan gerakan – gerakan yang teralu energik,tapi gapapa itu seru. Setelah senam acara dilanjutkan dengan game yang cukup membuat keringat dipagi hari. Setelah berkeringat ria waktunya untuk sarapan.sarapan sudah sekarangf para peserta dan panitia diijinkan untuk membersihkan diri (tapi pasti yang mandi dikit). Badan sudah bersih (dikit),sudah wangi (pake parfum) kurang lengkap kalo belum sembahyang,maka para peserta langsung menuju pura untuk sembahyang bersama.
Selesai sembahyang akhirnya sampai diacara yang ditunggu – tunggu yaitu upacara penutupan sekaligus upacara pelantikan para angggota baru. Satu persatu nama peserta dipanggil untuk melakukan ritual sakral pelantikan yaitu mencium bendera merah putih dan diikuti dengan mencium bendera KMHDI lalu mendatangin SK yang telah disiapkan. Ada yang berbeda pada upacara kali ini yaitu para peserta setelah menandatangin SK mereka foto untuk kartu anggota. Selesai upacara kurang lengkap kalo belum ada foto bersama panitia dan akhir nya acara ditutup dengan berfoto bersama didepan pura Wira Satya Dharma Ujung Berung

  Ahirnya selesai sudah rangkaian acara MPAB tahun 2013. Semua rasa  lelah,letih,senang,terharu campur aduk menjadi satu di hari terakhir MPAB 2013 tersebut. Semoga dengan bergabungnya anggota baru KMHDI PD Jabar,akan menjadikan PD Jabar semakin baik lagi. Sekali lagi selamat datang para anggota baru KMHDI PD Jabar.

Oleh : Dennis Mahayana

0 komentar:

Masa Penerimaan Anggota Baru PD KMHDI Jawa Barat


Deskripsi
KMHDI sebagai organisasi kader yang memfokuskan kegiatan organisasi pada pendidikan kader, memiliki kewajiban moral untuk melakukan proses kaderisasi yang berkesinambungan. Proses kaderisasi merupakan suatu proses penanaman nilai- nilai organisasi kepada kader dalam jangka panjang. Dalam upaya menciptakan kader yang berkualitas yang memiliki jati diri religius, humanis, nasionalis dan progresif. Proses ini tidak bisa berhenti pada satu titik puncak, bagaikan suatu siklus yang tidak akan pernah berhenti. Ketika kader telah terkader dengan baik, akan digantikan oleh kader yang baru. Untuk menjaga keberlangsungan proses kaderisasi, yang dipercaya mampu menciptakan kader muda Hindu yang berkualitas, perlu dilakukan kegiatan pengenalan anggota baru yang nantinya akan menjalani proses kaderisasi di dalam KMHDI.

MPAB merupakan suatu masa dimana calon kader diberikan pengetahuan dasar mengenai KMHDI. Karena ini merupakan suatu masa, maka pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan daerah yang bersangkutan tanpa mengurangi essensinya. Pada akhir sesi MPAB akan dilakukan pelantikan anggota baru.

Hari/Tanggal   : Minggu, 6 Oktober 2013

Tempat            : Pura Wira Satya Dharma ( Secapa AD )

Waktu              : 10.00 - 18.00 WIB


Peserta
Seluruh Peserta berasal MPAB kali ini berasal dari Mahasiswa Hindu Se Jawa Barat.

Jadi bagi kalian yang merasa Mahasiswa Hindu di Jawa Barat khususnya yang ingin ikut bergabung dengan KMHDI silakan datang dan bergabung !

# Satyam Eva Jayate


FB        : PD KMHDI JABAR
Twitter : @KMHDIJABAR
Copyright © 2013 PD KMHDI Jawa Barat and Blogger Templates - Anime OST.
Selamat Datang di Blog Resmi Pimpinan Daerah Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia Jawa Barat