PD KMHDI Jawa Barat Akan Melaksanakan DMO

PD KMHDI Jawa Barat Akan Melaksanakan DMO - Kegiatan DMO merupakan salah satu program kerja dari kepengurusan PD KMHDI Jawa Barat periode 2013/2015 dimana Wayan Fery selaku ketuanya. Selain itu, DMO juga merupakan tahapan kaderisasi yang wajib dilaksanakan oleh KMHDI (Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia) melalui Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang dimasing-masing wilayah. DMO sebagai salah satu tahapan kaderisasi yang dilakukan setelah dilaksanakannya kegiatan MPAB (Masa Pengenalan Anggota Baru) atau perekrutan anggota baru pada 6, 12 dan 13 Oktober 2013 di Pura Secapa AD dan Pura Wira Satya Dharma, Ujung Berung.

Diklat Manajemen Organisasi PD KMHDI Jawa Barat akan dilaksanakan pada :



Tanggal : Sabtu-Minggu, 14 - 15 Desember 2013

Tempat : Sekretariat PD KMHDI Jawa Barat

Waktu : 14.00 WIB - Selesai

Demikianlah penyampaian kegiatan kali ini, buat teman-teman anggota selamat mengikuti rangkaian kegiatan DMO kali ini ya. 

#Satyam Eva Jayate

0 komentar:

Tirta Yatra PD KMHDI Jawa Barat

Tirta Yatra PD KMHDI Jawa Barat - Kegiatan Tirta Yatra dan Simakrama Pimpinan Daerah KMHDI Jawa Barat ke Jakarta dan Bogor, diharapkan dapat menyatukan berbagai unsur masyarakat Hindu di Jawa Barat terutama mahasiswa pada umumnya sehingga terjalin suatu hubungan yang positif kedepannya. Kegiatan Tirta Yatra dan Simakrama pun diharapkan mampu membuat rasa kekeluargaan dan hubungan setiap anggota Pimpinan Daerah KMHDI Jawa Barat menjadi lebih baik.

PD KMHDI Jawa Barat mengadakan kegiatan 'TIRTA YATRA' ke Jakarta-Bogor.


Tanggal : Sabtu-Minggu, 30 November - 1 Desember 2013

Tempat : Jakarta - Bogor

Waktu : 08.00 - Selesai


Adapun tujuan diselenggarakannya kegiatan Tirta Yatra ini yaitu :

1. Menjalin tali silaturahmi antara Pimpinan Daerah KMHDI Jawa Barat dengan anggota KMHDI di daerah lain.
2. Meningkatkan rasa kekeluargaan dan hubungan setiap anggota Pimpinan Daerah KMHDI Jawa Barat menjadi lebih baik.
\
Pelaksana,

Pimpinan Daerah KMHDI Jawa Barat

0 komentar:

Hari Valentine Menurut Perspektif Hindu

Hari Valentine Menurut Perspektif Hindu - Artikel | Globalisasi telah menimbulkan semakin tingginya intensitas pergulatan antara nilai-nilai budaya lokal dan global. Sistem nilai budaya lokal yang selama ini digunakan sebagai acuan oleh masyarakat tidak jarang mengalami perubahan karena pengaruh nilai-nilai budaya keresahan psikologis dan krisis identitas di kalangan masyarakat (Ardika, 2005:18). Terlepas dari dampak positif dan negatif globalisasi tersebut, tampak beragam respon masyarakat Hindu, Bali Kususnya. Di satu pihak mereka optimis menghadapi tantangan globalisasi tersebut, di pihak yang lain ada yang sangat pesimis dan khawatir terhadap memudarnya berbagai nilai budaya Bali. Tapi Agama Hindu dan budaya Bali tetap mampu menghadapi budaya global, namun demikian kekhawatiran sebagian masyarakat tentang dampak negatif globalisasi perlu diusahakan jalan untuk mengatasi dan mungkin mencegahnya.


Hal tersebut diatas tidak terlepas dari ajaran Weda, terutama Manawa Dharmasastra sebagai kitab Hukum Hindu yang memberikan petunjuk yang jelas bagaimana kita menghadapi dan mempraktikan dharma dalam kehidupan sehari-hari sesuai tempat dimana kita berada dan sesuai perkembangan jaman. Dalam Manawa Dharmasastra VII.10 disebutkan sebagai berikut:

KARYAM SOVEKSO SAKTIMCA, DESA-KALA-CA TATVATAH,
KURUTE DHARMASSDDHIYARTHAM, VISWARUPAM PUNAH-PUNAH.

Artinya :
Setelah mempertimbangkan sepenuhnya maksud, kekuatan, dan tempat serta waktu , untuk mencapai keadilan ia menjadikan dirinya bermacam wujud, untuk mencapai tujuan keadilan yang sempurna.

Sloka di atas menegaskan bahwa didalam mempraktikan aturan dan ajaran Dharma hendaknya dilaksanakan berdasarkan: Iksa (Tujuan), Sakti (kemampuan), Desa (wilayah), Kala (waktu, perkembangan zaman), Tatva (sastra dan keadaan), untuk menyukseskan tujuan dharma dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini merupakan sebuah jawaban mengapa Hindu Nusantara berbeda dengan Hindu India, dan mengapa pula ajaran Hindu dalam pratiknya selalu menyesuaikan dengan Perkembangan zaman dan sesuai wilayah dimana penganutnya berada. Berdasarkan petunjuk Weda Smerti (Dharmasastra) di atas, mari kita kaji " Hari Valentine " yang biasa dilaksanakan setiap 14 Februari ini lebih dalam.


A. Sejarah Hari Valentine

Asosiasi sebagian orang, menganggap bahwa pertengahan bulan Februari dengan cinta dan kesuburan sudah ada sejak dahulu kala. Menurut tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari adalah bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.

Di Roma kuno, 15 Februari adalah hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Sebagai bagian dari ritual penyucian, para pendeta Lupercus menyembahkan korban kambing kepada sang dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan lari-lari di jejalanan kota Roma sembari membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Terutama wanita-wanita muda akan maju secara sukarela karena percaya bahwa dengan itu mereka akan dikarunia kesuburan dan bisa melahirkan dengan mudah.

B. Menyikapi Hari Valentine dari sudut Pandang Hindu

Samàno mantraá samitiá samàni
samànam manaá saha cittam eûàm,
samanam mantram abhi mantarey vah,
samanena vo havisa juhomi.

Rgveda X.191.3.
Wahai umat manusia! Pikirkanlah bersama. Bermusyawarahlah  bersama.  Satukanlah  hati, dan pikiranmu dengan yang lain.Aku anugrahkan pikiran  yang  sama, dan  fasilitas  yang sama pula untuk kerukunan hidupmu


Samànì va àkutiá samànà hådayàni vaá,
samànam astu vo mano yathà vaá susahàsati.

Rgveda X.191.4.
Wahai  umat   manusia!   Milikilah  perhatian yang sama. Tumbuhkan saling pengertian di antara kamu. Dengan demikian engkau dapat  mewujudkan  kerukunan dan kesatuan

Berdasarkan kutipan Rg Weda di atas sudah sepantasnya kita mempertimbangkan segala sesuatu yang berkaitan dalam kehidupan, baik kehidupan sehari-hari maupun di hari-hari raya serta hari spesial yang mengglobal seperti hari Valentine.

Dari berita-berita yang beredar di internet bahwa " Kota-kota besar di Indonesia pada moment Valentine tahun 2009, penjualan kondom malam Valentine Day terdongkrak tajam dibanding hari biasa ". Beberapa di antaranya adalah apotek-apotek yang mengaku bahwa sedikitnya 20 kotak kondom berisi 3 buah merek apapun ludes terjual khusus di malam Valentine Day. Dan ada beberapa apotek yang menegaskan bahwa dalam 24 jam sudah menjual sedikitnya 6 kotak kondom berisi 24 merek dan isi 13 kotak yang dibeli oleh pemuda remaja setiap mendekati pertengahan Februari. Umumnya, pembeli adalah pria berusia 20 tahun’.
Dari kutipan berita diatas dapat disimpulkan bahwa hari Valentine dijadikan ajang SEKS BEBAS , "melakukan seks diluar nikah" hal ini sangat bertentangan dengan ajaran Sanatana Dharma atau lebih dikenal dengan nama Hindu.

Setiap orang dari kita tahu bahwa seks adalah merupakan kebutuhan biologis manusia. Bila hubungan seks bebas dikatakan tidak baik, lalu seperti apakah hubungan seks yang baik itu?. Kesucian dalam berhubungan seks, banyak diatur dalam Manawa Dharmasastra, Parasara Dharmasastra. Menurut pandangan Agama Hindu, hubungan seks itu dianggap sakral dan ada aturan mainnya adalah sebagai berikut :


1. Hubungan seks dalam Hindu tidak semata-mata " for fun " tetapi yang lebih utama adalah untuk mendapat keturunan yang disebut sebagai " dharma sampati " . Dengan demikian seks di luar nikah, menurut Hindu adalah dosa, termasuk " paradara " dalam trikaya parisuda (kayika).

2. Hubungan seks antara Suami istri agar dilakukan secara sakral :
 - Membersihkan badan/ mandi terlebih dahulu
 - Sembahyang mohon restu Dewa-Dewi Smara Ratih

    Hubungan seks jangan dilakukan:
 - Ketika sedang marah, mabuk, tidak sadar, sedih, takut, terlalu senang.
 - Ketika wanita sedang haid

    Waktu yang tidak tepat: siang kangin (fajar), bajeg surya (tengah hari), sandyakala (menjelang matahari terbenam), purnama, tilem, rerainan (hari raya), odalan, sedang melaksanakan upacara panca yadnya.
jangan meniru “gaya binatang”, yang disebut “alangkahi akasa” (melangkahi angkasa)
dalam berhubungan seks selalu berbentuk “lingga-yoni”.
Kalau senang hubungan seks diiringi musik, pilih yang slow/ tenang, jangan lagu dangdut atau yang ribut/ underground atau house-music, apalagi gaya tripping. Makanya di Bali dahulu ada gambelan “smara pegulingan” (artinya: asmara di tempat tidur) adalah jenis gambelan khas yang di tabuh di Puri-Puri di saat Raja sedang berintim ria dengan Permaisuri.

3. Bila hubungan seks dilaksanakan dengan patut sesuai swadharma kama sutra, maka anak yang lahir mudah-mudahan berbudi pekerti yang baik, menuruti nasihat orang tua, rajin sembahyang, pintar, sehat, pandai bergaul dan hidupnya sukses. Tetapi bila hubungan seks menyimpang, maka anak yang lahir disebut anak “dia-diu” yakni: bandel, menyakiti hati ortu, bodoh, jahat, banyak musuh, sulit hidupnya, sakit-sakitan.

C. Larangan Seks Bebas

Sex bebas dan " kumpul kebo " dalam Agama Hindu dilarang dan termasuk perbuatan adharma atau perbuatan dosa. Dalam Manawa Dharmasastra III.63 disebutkan :

Kuwiwahaih kriya lopair, wedanadhyayanena ca,
kulanya kulam tamyanti, brahmanati kramena ca

Dengan berhubungan seks secara rendah diluar cara-cara perkawinan (brahmana wiwaha, prajapati wiwaha dan daiwa wiwaha), dengan mengabaikan upacara pawiwahan, dengan mengabaikan weda, dengan tingkah laku hina, tidak memperhatikan nasihat Sulinggih maka keluarga-keluarga besar, kaya dan berpengaruh akan hancur berantakan.

Parasara Dharmasastra X.1:

Catur varnamsya sarva trahiyam prokta tu niskrtih,
agamyagamate ca iva suddhau candrayanam caret

Aku (Bhagvan,Tuhan) telah menguraikan tentang upacara penebusan dosa bagi keempat golongan sosial; seorang laki-laki setelah menggauli seorang wanita yang dilarang untuknya harus melakukan penebusan dosa candrayanam.

Parasara Dharmasastra X.30 :

Jarena janayed garbhe tyakte mrte patau,
tam tyajed apare rastre patitam papa karinim.

Wanita yang memperoleh kehamilan dengan kekasih gelapnya (tidak melalui upacara pawiwahan), atau setelah ditinggal suaminya atau selama ketidakhadiran suaminya di negeri jauh, harus diusir ke sebuah kerajaan asing (keluar wilayah).

Selain itu dalam Sarasamuscaya yang menguraikan tentang Trikaya Parisudha, disebutkan salah satu dosa dari Kayika (perbuatan) adalah " Paradara " atau dalam bahasa sekarang “berzina” sebagaimana tertulis dalam pasal 153 :

Paradara na gantavyah sarvavarnesu karhicit,
na hidrcamanayusyam yathanyastrinisevanam.

Menggoda, memperkosa, menggauli wanita dengan usaha curang (tidak melalui pawiwahan) jangan dilakukan karena akan menyebabkan dosa dan berumur pendek.

Dalam Lontar Dharma Kauripan disebutkan bahwa anak yang lahir diluar perkawinan adalah anak “dia-diu”, anak yang cuntaka, akan mengalami hidup yang susah. Hubungan seks sebelum pawiwahan dikatakan sebagai dosa yang disebut “kama kaperagan”.

Syarat mutlak yang tak bisa ditawar adalah, seks harus dilakukan dengan cara yang benar, dengan sarana yang suci dan dengan semangat welas-asih yang tinggi. Atau dalam manifesto yang sederhana: Pengalaman spiritual yang suci, dari seks hanya bisa diraih dari hubungan seks yang sah, yaitu hubungan suami-istri. Dalam bahasa ilmiah, pengalaman spiritual itu bisa dianalogikan—tidak disamakan—dengan kepuasan psikologis puncak, kedamaian psikologis yang tinggi, dan keseimbangan jiwa. Hubungan seks secara jahat, atau hubungan seks pra-nikah, atau hubungan selingkuh, apalagi hubungan seks menyimpang, tak akan bisa menghadirkan pengalaman spiritual yang suci dan agung, dan jika dikaitkan dengan konsep keyakinan Hindu, hubungan seks yang tidak sah akan membawa karma negatif bagi jiwa kita.

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan beberapa hal mengenai " Hari Valentine " menurut pandangan Hindu. Secara kontekstual valentine tidak bertentangan dengan Hindu, namun jika kita melihat dari fakta yang ada, bahwa hari valentine dijadikan ajang seks bebas, maka sangat bertentangan dengan ajaran veda. Jika anda tidak suka, syukuri hari tersebut sebagai hari kasih sayang. Jika anda suka, rayakan apa adanya jangan sampai dijadikan ajang seks bebas. Pada praktiknya tidak menutup kemungkinan ada saja beberapa pasangan yang memiliki keinginan atau hasrat untuk merayakan valentine dengan seks bebas, ada beberapa saran dan kutipan yang perlu kita semua renungkan sebelum akhirnya terperosok lebih dalam ke arah seks bebas.

Saran buat lelaki : Anda sebagai lelaki sudah sepatutnya menghargai dan menghormati perempuan.
Renungkan sloka Manawa dharmasastra dan praktikan :

Dimana perempuan dihormati disana para dewa merasa senang, akan tetapi dimana perempuan tidak dihormati disana tidak ada upacara suci yang berpahala. (Manawa Dharmasastra, III:56)

Dimana perempuan hidup sedih, keluarga itu akan cepat mengalami kehancuran, sebaliknya, dimana perempuan tidak hidup menderita, keluarga itu akan hidup bahagia. (Manawa Dharmasastra, III: 57)
pada hari raya memberinya hadiah perhiasan, pakaian, dan makanan.(Manawa Dharmasastra, II:59)

Saran buat perempuan : wanita yang berhubungan seks diluar nikah maka ia termasuk orang cuntaka (tidak suci), sehingga anda dilarang memasuki tempat-temapt suci, seperti pura. Jika anda melanggar itu tanggung jawab sendiri dihadapan Hukum Karma.

Canakya Niti Sastra XIV.1


Atmaparadha-vrksasya,Phalanyetani dehinam.
Darydrya-roga-duhkhani,Bandhanavyasanani ca.

Dari pohon dosa diri sendiri, orang mendapatkan buah berupa kemiskinan, penyakit, kedukaan, ikatan, dan kebiasaan buruk.

Seorang wanita biasanya susah menghadapi dilema cinta, apalagi kekasihnya mengancam bahwa jika tidak melakukan hubungan seks dikatakan bahwa seorang perempuan tidak cinta , tidak sayang, dll. Itu hanya “PEMBENARAN” bukan “KEBENARAN”.
Untuk menghadapi dilema seperti itu kita lihat dalam kitab Weda Smerti
Canakya Niti sastra III.2 :

sambhramah snehamahkhyati

Cinta kasih terlihat dari rasa hormat dan kelembutan.

Jadi lelaki yang mengatakan pembenaran seperti itu hanyalah "Cinta karena Nafsu" bukan "Kasih Sayang". Agar tidak terjebak oleh apa yang disebut "Cinta Buta dan Cinta Nafsu", renungkan sloka dibawah ini :
Canakya Nitisastra XIII.6


Yasya sneho bhayam tasya, Sneho duhkhasya bhajanam.
Sneho mulani duhkhani, Tani tyaktva vaset sukham

Dimana ada cinta disana ada ketakutan, cinta adalah tempat bagi kedukaan, dan cinta juga yang merupakan permulaan dari segala kedukaan. Oleh karena itu , tinggalkan segala kecintaan itu dan mantaplah dalam kesukaan.

" Selain seorang ISTRI yang sah semua wanita adalah IBU. Selain seorang SUAMI yang sah semua laki-laki adalah AYAH "

Referensi : http://radheyasuta.blogspot.com/2012/02/valentine-dari-perspektif-hindu.html

0 komentar:

Konsep Penciptaan Alam Semesta Menurut Weda

Konsep Penciptaan Alam Semesta Menurut Weda - Ada berbagai versi mengenai teori penciptaan alam semesta yang telah diajarkan sampai saat ini. Mulai dari teori dentuman besar (Big bang), Matahari ganda dan lain sebagainya baik yang memang murni berdasarkan analisa ilmu pengetahuan ataupun untuk kepentingan pembenaran kitab suci tertentu.


Menurut penulis yang memiliki nama besar dari kalangan Muslim, dengan nama samarannya Harun Yahya. Teori penciptaan menurut Al-Qur’an sangat sesuai dengan teori penciptaan dentuman besar (big bang). Menurut beliau Alam semesta dimulai dari satu titik energi-materi yang akhirnya pecah dan terbentuk berbagai susunan planet dengan tatasuryanya. Al-Qur’an dan Injil menyebutkan bahwasanya alam semesta beserta isinya ini diciptakan oleh Allah hanya dalam waktu 1 minggu (7 Hari). Teori ini juga menjelaskan kenapa alam semesta ini mengembang dan jarak antara tatasurya semakin menjauh. Beberapa tafsir Al-Qur’an dan Harun Yahya sendiri menyatakan di seluruh alam semesta ini, hanya bumilah yang memiliki kehidupan.

Bagaimana menurut Hindu? Apakah sama dengan teori-teori agama abrahamik? Dan dapatkah dijelaskan secara ilmiah?

Secara global menurut Veda alam semesta terdiri dari dua bagian utama, yaitu 2/3 alam rohani dan 1/3-nya alam material. Alam rohani sering disebut dengan istilah alam Moksa dimana kondisinya adalah sat cit ananda (kekal, penuh dengan ilmu pengetahuan dan penuh dengan kebahagiaan). Di alam moksa terdapat jutaan planet yang ditempati oleh roh-roh yang telah mencapai pembebasan dan sesuai dengan rasa yang dimiliki oleh roh bersangkutan.

Sebagai contohnya, seorang pemuja Krishna akan mencapai planet Vaikunta, Pemuja Narasimha akan hidup bersama Narasimha, pemuja Narayana akan hidup bersama Narayana di planet rohani yang masing-masing terpisah. Sedangkan di alam material tersusun atas jutaan alam semesta. Dimana dalam satu alam semesta terdiri dari jutaan galaksi. Kita sendiri menempati salah satu alam semesta dalam galaksi Bimasakti. Dalam sebuah galaksi terdiri milyaran tatasurya yang berpusat pada 1 bintang, dan dalam satu tatasurya terdiri dari beberapa planet. Seperti pada tempat kita tinggal di planet bumi yang terletak pada tatasurya dengan pusat bintang matahari.

Penciptaan alam semesta diawali dari Tuhan sendiri yang berbaring di lautan penyebab yang mungkin bisa dikiaskan sebagai pondasi seluruh alam semesta sebagai Karanodakasayi Visnu yang maha besar. Dari setiap pori-pori Karanodakasayi Visnu muncullah Garbhodakasayi Visnu yang memunculkan sebuah alam semesta. Dari sini bisakah kita membayangkan betapa besarnya Tuhan? Yang hanya dari 1 pori-porinya memunculkan 1 alam semesta yang terdiri dari jutaan galaksi.

Secara Ilmiah munculnya alam semesta dari pori-pori Tuhan dalam wujud Karanodakasayi Visnu ini diistilahkan dengan White Hole (Lubang Putih). Fenomena White hole sempat diamati oleh beberapa ilmuan yang merupakan area tempat terjadinya perubahan dari Energi menjadi Materi. Kenyataan ini dibenarkan dalam sloka Rgveda bab II.72.4 disebutkan “Aditer dakso ajayata, daksad uaditih pari ” artinya : Dari aditi (materi) asalnya daksa (energi) dan dari daksa (energi) asalnya aditi (materi). Perubahan dari energi menjadi materi diistilahkan dengan White Hole, bagaimana dengan perubahan dari materi menjadi energi? Dalam konsep penciptaan Veda, perubahan ini dapat diistilahkan dengan Black Hole yang juga sangat sesuai dengan penemuan para ilmuan saat ini. Jadi Veda memberikan jawaban atas pertanyaan bagaimana alam semesta diciptakan bukan dengan konsep big bang seperti yang diakui oleh Al-Qur’an, melainkan dengan teori yang baru mulai dilirik oleh para ilmuawan setelah ditemukannya fenomena Black Hole, yaitu teori Black Hole – White Hole.

Lebih lanjut Veda menjelaskan bahwa setelah munculnya Garbhadakasayi Visnu dari pusar beliau muncul bentuk yang menyerupai bunga padma. Di atas bunga padma inilah Tuhan menciptakan mahluk hidup yang pertama, yaitu Dewa Brahma. Dewa Brahma diberi wewenang sebagai arsitek yang menciptakan susunan galaksi besarta isinya dalam satu alam semesta yang dikuasainya. Kenapa penulis menjelaskan Dewa Brahma menjadi arsitek dalam alam semesta yang dikuasainya? Hal ini karena Menurut Veda alam semesta ada jutaan dan tidak terhitung banyaknya yang muncul dari pori-pori Karanodakasayi Visnu dan setiap alam semesta memiliki dewa Brahma yang berbeda-beda. Ada Dewa Brahma yang berkepada 4 seperti yang dijelaskan menguasai alam semesta tempat bumi ini berada. Dan ada juga Brahma yang lain yang memiliki atribut yang berbeda, berkepala 8, 16, 32 dan sebagainya.

Yang jelas dapat disimpulkan bahwa Brahma adalah merupakan kedudukan dalam sebuah alam semesta dan di seluruh jagad material terdapat sangat banyak dewa Brahma, bukan saja dewa Brahma yang telah biasa dibicarakan oleh umat Hindu saat ini. Hal pertama yang diciptakan Brahma dalah susunan benda antariksa, planet, bintang dan sejenisnya mulai dari tingkatan paling halus sampai dengan yang paling kasar. Dalam penciptaan ini dijelaskan bahwa Tuhan menjelma sebagai Ksirodakasayi Visnu dan masuk kedalam setiap atom dan partikel terkecil sekalipun. Inilah kemahahebatan Tuhan sebagai maha ada dan menguasai setiap unsur dalam ciptaannya. Setalah itu Dewa Brahma menciptakan berbagai jenis kehidupan mulai dari para dewa, elien, mahluk halus, binatang, tumbuhan sampai pada virus yang berjumlah 8.400.000 jenis kehidupan. Veda juga memberikan penjelasan siapa manusia pertama. Tidak seperti halnya kitab suci Abrahamik yang menyebutkan hanya ada 1 manusia pertama yaitu adam, Tapi Veda menjelaskan ada 14 manusia pertama yang muncul dalam jaman yang berbeda dalam 1 siklus penciptaan. Manusia pertama dalam Veda diciptakan oleh dewa Brahma dan disebut dengan Manu dan sampai saat ini sudah mencapai generasi manu ke-7.

Jika anda mengaku sebagai manusia tetapi menolak otoritas manu sebagai manusia pertama, maka anda adalah orang bodoh. Manusia berasal dari bahasa sansekerta, dari urat kata manu dan sia, sia diartikan sebagai keturunan. Karena itu seluruh keturunan manu disebut sebagai manusia.

Veda menolak akan adanya teori evolusi yang dikemukakan oleh Charles Darwin, Tetapi Veda mengemukakan akan adanya Devolusi, atau terjadinya degradasi atau penurunan kualitas kehidupan, mulai dari semakin kacaunya susunan tatasurya, kepunahan mahluk hidup, penurunan kualitas kehidupan manusia seiring dengan berjalannya waktu. Terus bagaimana Veda dapat menjelaskan tentang terjadinya berbagai ras manusia? Dalam kitab suci agama abrahamik yang dengan tegas mengakui hanya adam adalah manusia pertama dan berusaha menjelaskan bahwa mutasi dan evolusi genetislah yang menghasilkan ras berbeda. Hawa sebagai pasangan adam tercipta dari tulang rusuk adam. Dengan demikian secara ilmiah, gen yang dimiliki adam seharusnya sama dengan gen yang dimiliki hawa. Jika kedua pasangan ini kawin dan menghasilkan keturunan, maka sudah barang tentu keturunan yang dihasilkannya seharusnya memiliki gen yang sama. Hanya saja kenapa saat ini ada banyak ras dengan genetik yang sangat jauh berbeda? Agamawan dari kalangan Abrahamik menjelaskan bahwa perubahan itu akibat adanya evolusi karena mutasi. Hanya saja Ilmu pengetahuan modern saat ini menjelaskan bahwasanya mutasi tidak akan pernah menghasilkan keturunan yang bersifat menguntungkan bagi mahluk hidup bersangkutan. Sebagai contoh semangka yang dimutasi dapat menghasilkan semangka tanpa biji dimana selanjutnya semangka bersangkutan tidak akan mampu berkembangbiak secara normal.

Demikian juga dengan sapi yang diradiasi untuk menghasilkan sapi yang memiliki ukuran besar juga tidak sanggup bertahan hidup dan berkembang biak secara normal. Bukti lain yang membantah pernyataan agamawan abrahamik yaitu jika orang asia hidup ditengah-tengan orang bule di eropa dalam waktu yang sangat lama dengan kebudayaan eropa tetapi mereka tidak pernah melakukan perkawinan silang dengan orang bule, apakah postur tubuh mereka berubah menjadi orang bule atau campurannya? Tentu tidak bukan. orang dengan ras asia tetap sama dimanapun mereka berada.

Nah, jika teori adam-hawa ini salah, bagaimana otoritas Veda menjelaskannya? Menurut Veda yang menjelaskan bahwa sampai saat ini di bumi ini telah muncul 7 manu dengan gambang menyatakan bahwa ras-ras yang berbeda yang ada saat ini berasal dari ke-7 manu yang memiliki genetik yang berbeda dan perkawinan silang diantara mereka. Jadi keturunan dari manu saat ini adalah kombinasi dari 7 dan dapat merupakan kombinasi dari keturunanya lagi. Tentunya secara Ilmiah teori ini dapat diterima dengan baik dan jauh lebih masuk akal dibandingkan dengan konsep adam-hawa. Jadi yakinkah bahwa leluhur anda adalah adam dan hawa?

Seringkali pula kita mendengar bahwa kiamat sudah dekat. Benarkah kiamat sudah dekat? Veda menjelaskan bahwa kiamat akan terjadi pada saat Brahma yang merupakan arsitek alam semesta meninggal dunia pada usia beliau yang ke-100 tahun dalam satuan waktu alam Jana loka. Sebelum ke penjelasan selanjutnya, sebaiknya harus dimengerti terlebih dahulu bahwa waktu di bumi, berbeda dengan waktu di planet lain ataupun di dimensi lain sesuai dengan hukum relativitas ruang dan waktu. jika kita dapat mengerti bahwa 1 hari di sorga akan sama dengan 6 bulan di bumi, 1 hari di dimensi alam jin akan sama dengan 3 hari di dimensi kita di bumi. Demikian juga dengan alam / dimesi ruang yang lainnya. 100 tahun dewa brahma jika dikonversikan dalam satuan waktu kita akan sama dengan 311,04 triliun tahun manusia. Umur alam semesta yang sepanjang ini dapat dibagi-bagi lagi seperti dalam gambar berikut.



Oleh : #ngarayana
Referensi : http://narayanasmrti.com/vedic-science-43/konsep-penciptaan-alam-semesta-menurut-veda/

0 komentar:

Umat Hindu Di Jerman Merayakan Kuningan

Umat Hindu Di Jerman Merayakan Kuningan  - Saniscara Kliwon Kuningan - Sabtu, 2 Nopember 2013 , umat Hindu dimanapun berada melangsungkan perayaan Kuningan, tidak terkecuali umat Hindu yang berada di kota Hamburg atau di negeri Jerman pada umumnya. Perayaan Kuningan saat itu terasa berbeda dari perayaan Kuningan sebelumnya yang biasa diselenggarakan oleh Nyama Braya Bali (NBB) di Jerman.  Sebelumnya, NBB tempek Hamburg bertepatan dengan Hari Raya Kuningan 22 Mei 2010 secara bersamaan juga melangsungkan karya Ngenteg Linggih Pura yang baru dibangun di Hamburg, tepatnya di depan halaman Museum für Völkerkunde (Museum Etnologie yang memamerkan hampir seluruh etnis kebudayaan dunia). Pura yang baru di pelaspas di halaman Museum ini bernama " Pura Sangga Bhuana ".



# Sejarah Singkat Pembangunan Pura

Pura yang dibangun atas inisiatif Luh Gede Juli Wirahmini Biesterfeld, wanita kelahiran Desa Banyuatis, Buleleng yang saat ini berdomisili di Hamburg. Sesungguhnya pembangunan ini sudah direncanakan sejak tahun 2004, secara bertahap dimulai dari kegiatan memamerkan benda-benda kesenian Bali didalam ruangan Museum di salah satu departementnya yang khusus memamerkan tentang kebudayaan etnis Bali. Kemudian di tahun 2006 diikuti dengan mewujudkan rumah gedong kerajaan berasitektur Bali di dalam ruangan Museum, hingga akhirnya di tahun 2008 ketika NBB Hamburg menyelenggarakan Kuningan, keinginan untuk mendirikan Pura mulailah di wujud nyatakan di awali dengan upacara mecaru " ngeruak " . Diawali dengan membuat dasar bangbang untuk bangunan Padmasana yang dipimpin oleh Ida Bhagawan Dwija. Selanjutnya di tahun 2009 Padmasana mulai dibangun oleh undagi (arsitektur Pura) I Nyoman Artana yang juga didatangkan langsung dari Bali. Atas sweca nugraha Ida Sang Hyang Widi Wasa di tahun 2010 tepatnya pada saat perayaan Kuningan 22 Mei 2010. Pura yang baru di bangun ini diresmikan seperti layaknya Pura di Bali, yang upacara Pemlaspasan dan Ngenteg Linggih di pimpin oleh Ida Bhagawan Dwija Nawa Sandi.

# Jalannya Upacara Pemlaspasan Pura dan Perayaan Kuningan di Hamburg

Seperti tertulis pada surat undangan yang disebarluaskan oleh Juli Wirahmini bekerja sama dengan pihak Museum Völkerkunde Hamburg, upacara pemlaspasan Pura dilaksanakan pada hari Sabtu Kliwon Kuningan 22 Mei 2010, tepatnya dimulai jam 10 pagi. Sebelum upacara dimulai, cuaca di Hamburg saat itu tampak mendung dan sempat terjadi gerimis hujan, tak pelak cuaca dingin saat itu membuat umat yang hadir berpenampilan pakaian adat bali hampir semua melengkapi dirinya dengan jaket yang tebal pula. Namun seiring berjalannya mata jarum jam, cuacapun berangsur membaik hingga akhirnya matahari bersinar terang.
Ketika memasuki area Pura, umat yang hadir disambut dengan suara gamelan yang dimainkan oleh group gamelan " Anggur Jaya "  pimpinan Sebastian Goethe dan Ni Wayan Goethe yang anggotanya berasal tidak hanya dari Freiburg, melainkan juga dari Basel Swiss, Muenchen, Heidelberg, dll. Dentuman kendang yang dimainkan oleh Wayan Pica serta Lantunan suara seruling yang dimainkan oleh anggota sekehe gamelan, membuat suasana di Hamburg benar-benar terasa seperti di Bali.

Setelah umat yang hadir selesai bertegur sapa dan berkangen-kangenan, tiba saatnya Ida Bhagawan Dwija yang memimpin jalannya upacara meminta kepada umat yang hadir untuk mengambil sikap duduk agar jalannya upacara bisa dimulai. Sementara Ida Bhagawan Dwija mulai melafalkan mantra, disaat itu juga penari " Topeng Jago " mulai menari dihadapan umat. Pementasan  Topeng Jago yang termasuk jenis tari bebali disaat upacara sedang berlangsung adalah bertujuan untuk mengusir Buta Kala sehingga upacara pemlaspasan bisa berjalan dengan lancar. Seperti jenis tarian topeng lainnya, tari Topeng Jago juga menggambarkan suatu hubungan interaktif antara penari dan penabuh. Keduanya saling mempengaruhi dan keduanya secara bergantian memberi sinyal tertentu yang bisa menghasilkan gerakan tari yang berbeda-beda.

Setelah penampilan Topeng Jago, kemudian diikuti dengan rentetan upacara mecaru – melaspas (memangguh, memirak, nyengker, mecaru Rsi Gana Bebek, melaspas, memakuh, ngurip, masucian). Usai penampilan Topeng Tua, kemudian diikuti dengan pementasan " Topeng Penasar " yang banyak bertutur atau membeberkan jalannya upacara yang akan berlangsung serta menjelaskan makna filosofi yang terkandung didalamnya termasuk pula tentang keberadaan dekorasi atau aksesori yang ada di sekeliling Pura seperti kober nawa sanga, kober hanoman, umbul-umbul serta bendera yang berwarna-warni tak luput dijelaskannya. Karena fungsi nya sebagai pengutara dasar cerita maka tokoh ini disebut " Penasar ". Tatwa Hindu dijabarkannya dengan gaya bahasa yang mudah di cerna oleh umat yang hadir.

Upakara yang digunakan pada upacara pemlaspasan Pura di Hamburg ini dijelaskannya juga, bila dilihat dari tingkatan upakara (utama, madya, nista) termasuk tingkatan " Madyaning Utama " karena disesuaikan dengan " Desa, Kala, Patra ". Karena terbatasnya lahan yang ada di depan museum, maka prinsip kesucian yang bersifat horizontal " Tri Mandala " :

1. Utama mandala      = jeroan,
2. Madya mandala     = jaba tengah,
3. Nista mandala        = jaba

Dimana biasa dijumpai di Pura di Bali, ditransformasi menjadi prinsip kesucian yang bersifat vertical " Tri Angga " yang pada pembangunan Padmasana dikenal dengan nama " Tri Loka ":

1. Bhur Loka     = dasar yaitu badawang nala-naga basuki-naga antaboga,
2. Bwah Loka   = badan yaitu karang boma-garuda wisnu kencana, angsa,
3. Swah Loka   = puncak padmasana yaitu berbentuk singasana yang diapit oleh dua naga taksaka .

Sehingga bangunan Padmasana terlihat saling melengkapi dengan bangunan Museum yang tinggi, demikian di wacanakan oleh Topeng penasar disaat upacara berlangsung. Perihal nama dari Pura di Hamburg ini juga dijelaskan oleh Topeng Penasar, Pura ini tidak dinamai " Pura Jagadnata " seperti layaknya Pura yang ada di Bali, melainkan dinamai " Pura Sangga Bhuana ", karena alasan secara phisik Pura Jagadnata memerlukan tambahan pelinggih lainnya seperti Piasan, Pelinggih Purusa sebagai simbol gunung agung dan pelinggih Pradana sebagai simbol gunung batur, sementara lahan yang tersedia di depan Museum ini tidaklah cukup luas, namun bila di maknai secara filosofi " Jagat = Bhuana ", Sangga = menyangga / menopang. Jadi Pura Jagat-Nata yang bermakna Pura penguasa dunia diganti dengan Pura Sangga Bhuana yang bermakna Pura Penyangga dunia yang diharapkan dapat menopang dunia / menjaga kehidupan umat yang ada di Hamburg / Jerman / Eropa.

Setelah Topeng Penasar sekian lama ber " Dharma Wacana "  dihadapan umat, Ida Bhagawan Diwija yang memimpin jalannya upacara menginstruksikan kepada umat untuk melaksanakan Pemuspaan " Ngider Bhuana "  dan secara bersamaan diminta mementaskan Tari Rejang Dewa dengan tujuan untuk " memendak " Ida Bhatara untuk turun kedunia.

Yang menarik dari penampilan tari rejang dewa yang dipentaskan oleh anak gadis yang memang benar-benar masih " virgin " sehingga kesucian dan kesakralan dari jenis tari wali ini benar-benar terjaga. Setelah ngider bhuana dan peenampilan tari rejang dewa usai, kemudian ditampilkannya tari " Topeng Sida Karya " yang bertujuan melinggihan (Ngenteg Linggih) Ida Bhatara secara niskala di Padmasana. Bersamaan dengan penampilan Topeng Sida Karya, umat ngaturang ngayah meletakkan " symbol " Ida Sang Hyang Widi tepat dipuncak Padmasana

Setelah kesemua ritual diatas selesai, akhirnya persembahyangan bersama dimulai, diawali dengan puja trisandya dan dilanjutkan dengan kramaning sembah. Selanjutnya tirtha wangsuh-pada dan bija dibagikan. Untuk mengisi waktu luang, Ida Bhagawan Dwija melaksanakan Dharma-wacana dalam bahasa Indonesia yang diterjemahkan kedalam bahasa jerman oleh I Gusti Aryani Kriegenburg-Wilems. Pada dharma wacana itu, Ida Bhagawan Dwija menjelaskan secara detail akan makna dari :

1. Padmasana;  yang merupakan bangunan symbol pemuja Tuhan secara umum, atau Sanghyang Tri Purusha, Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai : Siwa – Sada Siwa – Parama Siwa.
2. Lebih lanjut Ida Bhagawan juga  menjelaskan Palinggih " Pengrurah " Sanghyang Widhi sebagai manifestasi Bhatara Kala, pengatur kehidupan dan waktu.

Ida Bhagawan juga mengajak seluruh umat yang hadir untuk meneladani pohon pisang, yang karena kodratnya pohon pisang ada atau bermanfaat untuk mahluk lain dan tanpa mengharapkan pamerih. Oleh karenanya bila ada upacara keagamaan di Bali, pohon pisang selalu digunakan. Disamping meneladani pohon pisang, Ida Bhagawan juga mengajak umat yang hadir untuk meneladani binatang ayam, yang semenjak bangun pagi langsung " berangkat " kerja untuk menafkahi dirinya. Kesemua dharma wacana dari Ida Bhagawan Dwija ini diterjemahkan oleh Gusti Aryani, sehingga hampir semua warga jerman yang menyaksikan jalannya upacara ini manggut-manggut menganggumi inti sari dari dharma wacana dari Bhagawan Dwija, pertanda mereka juga setuju.

Ida Bhagawan Dwija juga menjelaskan bahwa secara perlahan tapi pasti, keberadaan komunitas kita ataupun agama kita mulai dikenali serta di akui, tidak hanya oleh masyarakat Jerman tetapi juga oleh pemerintah Jerman, terbukti dengan diberikannya ijin untuk membangun Pura ini di Museum Völkerkunde Hamburg. Ida Bhagawan mengungkapkan rasa syukur dan terimakasih kepada Museum Völkerkunde dan kepada Ibu Luh Gde Juli Wirahmini Biesterfeld, yang telah secara bersama-sama mewujudkan Pura Sangg Bhuana ini.

Dengan dibangunnya Padmasana / Pura di Hamburg ini, Bhagawan Dwija berharap kepada umat yang hadir di Hamburg, bisa semakin yakin akan Sang Hyang Widi Wasa, yaitu Tuhan dengan tanpa sifatnya (Nirguna Brahman) dan Tuhan dengan sifat-sifatnya (Saguna Brahman).

Dharma Wacana dari Ida Bhagawan Dwija merupakan akhir dari upacara di pagi hari, yang selanjutnya dilanjutkan dengan acara makan siang bersama. Namun sebelum umat beranjak menuju tempat dimana makanan siang di hidangkan, semua umat melakukan foto bersama.

# Sambutan dan Hiburan

Waktu ketika itu menunjukkan jam 14.30, jalannya acara dilanjutkan dengan sambutan resmi dari President Director Museum Völkerkunde Prof. Dr. Wulf Köpke, staff pameran yang bertanggung jawab sebagai departement Bali di Museum Völkerkunde Dr. Jeanette Kokkot, serta pemberian souvenir dari pihak Museum kepada Juli Wirahmini, Ida Bhagawan Dwija, undagi I Nyoman Artana, serta kepada penari yang datang dari Bali. Karena terkesan dengan Dharma Wacana dari Ida Bhagawan Dwija tentang keteladanan pohon pisang,  Prof. Dr. Wulf Köpke pun akhirnya menyerahkan tanda kenang-kenangan berupa tunas pohon pisang kepada Ida Bhagawan Dwija, yang disambut dengan tepuk tangan yang meriah dari penonton yang hadir. Ida Bhagawan Dwija dalam sambutannya juga menyerahkan kenang-kenangan kepada pihak museum berupa perangkat upacara yang dibawa beliau dari bali dan dipergunakan untuk melangsungkan upacara Ngenteg Linggih di Pura Sangga Bhuana ini, diberikan seutuhnya kepada pihak Museum untuk ditempatkan didalam ruang pameran museum Völkerkunde.

Waktu terus berjalan, acara sambutan pun selesai juga, sehingga acara dilanjutkan dengan acara hiburan, seperti tari panjembrama, tari Jauk keras, tari Bondres , dan tari Joged yang mengikut sertakan penonton yang hadir.

# Penyineban

Di saat hari menjelang sore, setelah acara hiburan usai, Upacara penyineban dipimpin oleh Ida Bhagawan Dwija dilangsungkan sebagai pertanda jalannya upacara Ngenteg Linggih telah berakhir. Umat yang menghadiri persembahyangan juga dimita Ida Bhagawan Dwija untuk mengumpulkan uang logam Euro (yang merupakan bagian dari Panca Datu) untuk ditanamkan kedalam lubang tanah, bersama bebantenan lainnya yang merupakan bagian dari prosesi Mendem Pedagingan. Dimasukkannya uang logam Euro yang merupakan bagian dari Panca Datu atau 5 element dari bahan yang terbuat dari logam yang terdapat di bumi ini seperti :

1. Emas berwarna kuning yang melambangkan kebesaran dan kemasyuran,
2. Perak yang berwarna Putih yang melambangkan kemurnian,
3. Perunggu yang berwarna merah melambangkan spirit dan keutamaan dalam kehidupan,
4. Baja berwarna hitam melambangkan air,
5. Jenis berlian yang terbuat dari campuran keempat jenis logam tadi.

Kelima inti dari metal tadi berfungsi sebagai dasar dari energi listrik yang menghubungkan bangunan-bangunan suci yang ada di Pura dengan energy dari bumi. Dimasukkannya kelima element tersebut di percaya bahwa bangunan suci sudah di hubungkan oleh energy cosmic, sehingga bangunan itu akan memancarkan taksu " kekuatan dari dalam " seperti menarik kekuatan dan meningkatkan daya yang menakjubkan.

Terimakasih

Terimakasih saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa kepada Pemerintah Jerman lewat Museum Völkerkunde Hamburg yang telah mengijinkan pendirian Pura ini di Jerman dan juga terimakasih kepada Luh Gede Juli Wirahmini Biesterfeld yang telah mendanai hingga Pura ini bisa terwujudkan di Hamburg. Semoga amal bakti serta ke ikhlasannya di berkati oleh Ida Sang Widi Wasa.

Sumber : http://metrobali.com/2013/11/01/umat-hindu-rayakan-kuningan-di-jerman/?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter

0 komentar:

Mengapa Jarang Membaca Weda ?

Mengapa Jarang Membaca Weda ? - Kalau kitab suci umat Hindu adalah Weda, mengapa umat terlihat jarang membaca Weda ?. Kitab suci umat Hindu bukan hanya dalam satu buku Weda yang terdiri dari empat itu, Catur Weda itu Rgveda, Yajurveda, Samaveda dan Atharvaveda, tetapi ada lagi kitab-kitab lainnya yang disebut Upanisad yang banyaknya sekitar 108 kitab, Bhagawad Gita dengan 700 sloka. Ada pula Itihasa, yaitu Ramayana dan Mahabharata, setelah itu ada 18 Purana, kisah-kisah tentang mahluk suci. Lalu ada Darsana, tentang enam sistem filsafat. Karena banyaknya kitab-kitab itu, maka lebih tepat disebut Pustaka Suci. Dan itu tidak hanya mengenai tattva, susila dan upacara, tetapi juga mengenai ilmu pengetahuan, seperti astronomi, matematika, ilmu kedokteran, geografi dan banyak lagi.


Bagaimana umat Hindu mempelajari itu semua ? Untuk memahami mantra-mantra Veda, maharsi Valmiki dalam karya agungnya, Ramayana menyatakan bahwa karya sastra yang bersumber pada sejarah itu dimaksudkan untuk memudahkan seseorang memahami kitab suci Veda. Demikian pula maharsi Vyasa dalam Vayu Purana menyatakan :

Itihasa Puranabhyam vedam samupabrmhayet
bibhetyalpasrutad vedo mamayam praharisyati

Vayu Purana I.20
"Hendaknya Veda dijelaskan melalui sejarah (Itihasa) dan Purana (Sejarah dan mitologi kuna) Veda merasa takut kalau seseorang yang bodoh membacanya. Veda berpikir bahwa di (orang yang) akan memukulku"

Berdasarkan petikan diatas, maka untuk memahami Veda diperlukan pemahaman berjenjang dan komprehensif, maksudnya bahwa setiap orang yang ingin memahaminya sebaiknya memiliki referensi yang luas dari pengetahuan yang sederhana sampai yang lebih dalam dan luas.

Inti-inti dari semua ajaran dirumuskan dalam kalimat singkat yang mudah dipahami, seperti misalnya Tri Kaya Parisudha, yaitu berpikir baik, berbicara baik dan berbuat baik. Tri Hita Karana, hubungan segi tiga yang menyebabkan kebahagiaan, seperti hubungan harmonis antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan Tuhan, antara manusia dengan alam serta pengetahuan tentang Tat Tvam Asi atau pula Vasudaiva Kutumbakam.

Di dalam agama Hindu yang dipentingkan bukan menghafal ayat-ayat atau mantra-mantra tetapi praktik di dalam kehidupan. Menurut guru kita Swami Vivekananda esensi agama itu adalah "berbuat baik, menjadi baik " (Do Good, Be Good).

Demikianlah Artikel/Tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Satyam Eva Jayate

Sumber bacaan buku Hindu Menjawab oleh Ngakan Made Madrasuta dan buku Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan oleh I Made Titib

Referensi : http://blog.semangathindu.com/2013/10/mengapa-jarang-membaca-weda.html

0 komentar:

Wajah Perdamaian untuk Kaum Muda

Wajah Perdamaian untuk Kaum Muda - Tulisan | Menjaga perdamaian di negeri ini adalah hal mutlak yang harus dilakukan untuk kaum penerus bangsa sebagaimana pemuda, saat ini kita tidak perlu banyak berwacana tentang perdamaian perlu tindakan dan langkah pasti untuk mewujudkannya. Peta kurukunan antar masyarakat di Indonesia sendiri masih jauh dari satu kesatuan banyak persolan-persolan konflik antar masyarakat yang terjadi , dalam hal ini yang paling kontras terjadi yaitu persoalan Agama .

Konflik Agama bukanlah hal baru yang terjadi namun hal ini justru tumbuh dan berkembang di era globalisasi. Tidak perlu di pungkiri Indonesia terdiri dari bermacam-macam keanekaragaman Suku, Agama dan Ras sehingga sering dikenal Negara multikultural. Hal dalam perbedaan ini lah menjadi alat yang paling ampuh untuk memprovokasi demi kepentingan golongan. Kebebasan untuk menjalankan agama pun menjadi semakin banyak persoalan salah  persoalan, pendirian tempat Ibadah (salah satu nya HPKB Ciketing pondok timur,bekasi dan kasus Yasmin Bogor).faktor-faktor persoalan  itu dapat di bagi menjadi dua permasalan , pertama faktor non ke Agamaan : kesenjangan Ekonomi,Politik, Sosial dan Budaya dan factor ke Agamaan : penyiaran agama,bantuan penyiaran agama luar negri,pendidikan agama,pernikahan diluar agama ,pendirian rumah ibadah. Dll (sumber : Puslitbang Kehidupan Beragama Kemenag RI )

Dari semua persoalan kerukunan adalah tugas berat para pemuda untuk menjaga kerukunan untuk mewujudkan perdamaian. Apabila di lingkungan kaum muda saja perbedaan agama menjadi penghalang membentuk suatu kesatuan menuju perubahan lebih baik, generasi muda tidak akan lebih baik. Perselisihan akan sering terjadi di mana saja oleh karena perbedaan agama tersebut. Mahasiswa sebagai generasi muda layaknya memikirkan hal ini dan mulai bangkit melakukan suatu perubahan. Mengapa mahasiswa? Karena mahasiswa adalah generasi muda yang sedang bertumbuh dan akan mendominasi kepemimpinan bangsa ini. Generasi muda menjadi aktor terbaik pada perubahan. Jika saat ini generasi muda memahami dan sepaham akan perbedaan agama dan membentuk kesatuan yang didasarkan perbedaan agama maka kerukunan/hubungan lintas agama akan terjaga kearah yang baik. Tindakan yang dilakukan yaitu mengajak semua masyarakat, generasi muda saling memahami perbedaan agama, memperbaiki hubungan lintas agama, dan membentuk kesatuan melawan provokasi-provokasi yang membuat keributan, dan melakukan kegiatan bersama yang mendorong masyarakat saling menghormati didalam pluralisme.

Kaum muda Indonesia memerlukan suatu bangsa dan negara yang bersatu, yakni NKRI yang berpijak pada UUD 45 dan ideologi filosofis Pancasila agar terwujudnya peran  posotif di berbagai bidang kehidupan dan bernegara untuk masa depan  yaitu  :

1. Dalam bidang politik dan ideologi kebangsaan, sebagai para pemimpin bangsa dan negara yang piawai dan cerdas menjalankan roda pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan UUD 45 dan falsafah Pancasila;

2. Dalam bidang ekonomi, sebagai para pelaku bisnis dan kewirausahaan yang dapat meningkatkan taraf kehidupan ekonomi masyarakat, bangsa dan negara secara keseluruhan.

3. Dalam bidang ketahanan bangsa, sebagai patriot bangsa dan negara yang mampu mempertahankan kedaulatan teritorial NKRI Indonesia dan mampu mengadaptasikan bangsa dan negara dengan berbagai arus perubahan besar yang sedang melanda dunia dalam banyak bidang tanpa kehilangan ciri-ciri keindonesiaan yang konsisten dan dinamis;

4. Dalam bidang hubungan internasional, untuk menjadikan Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara yang memainkan suatu peran signifikan dalam percaturan politik dan militer global;

5. Dalam bidang pendidikan dan penelitian serta pengembangan keilmuan, untuk menjadikan Indonesia suatu negara modern yang memainkan suatu peran global yang signifikan dalam penguasaan serta pengembangan sains dan teknologi modern.

6. Dalam bidang kebudayaan, sebagai para pelaku pelestarian dan perubahan kebudayaan yang akan memperkokoh identitas kebangsaan Indonesia dalam lingkup internal domestik dan dalam lingkup masyarakat global.

Tanpa kesatuan dan persatuan sebagai bangsa dan negara, yang diikat oleh UUD 45 dan ideologi Pancasila,  kaum muda Indonesia akan mengalami bukan saja banyak hambatan berat tetapi juga ancaman kegagalan total dalam menjalankan semua fungsi tersebut. Kesatuan dan persatuan bangsa dan negara adalah suatu syarat mutlak yang harus dipenuhi jika kaum muda Indonesia ingin dapat dengan efektif menjalankan keenam fungsi mereka tersebut dalam negara Indonesia di masa depan. Keenam bidang tersebut di atas merupakan tantangan-tantangan luas dan berat yang harus dihadapi kaum muda Indonesia dewasa ini dengan berani, cerdas, ulet, tekun, penuh komitmen dan bermoral. Ini adalah tanggung jawab kita bersama menjaga perdamaian bahwa kita adalah senasib dan sepananggungan untuk dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Oleh : Wayan Fery

Ketua KMHDI Jawa Barat

Cc : http://politik.kompasiana.com/2013/10/31/wajah-perdamaian-untuk-kaum-muda-606688.html

0 komentar:

Kedudukan Seorang Wanita Di Hindu

Kedudukan Seorang Wanita Di Hindu - Beberapa saat yang lalu saat saya berkunjung ke Gramedia Book Store, secara sangat kebetulan saya mengambil sebuah buku yang bertemakan “Wanita” dalam sebuah rak buku teologi. Secara sangat kebetulan saya membuka sebuah halaman secara acak dan saya temukan sebuah ulasan yang sangat menarik, tetapi juga membuat saya geleng-geleng kepala sebagai seorang pengikut Veda.

Buku tersebut adalah sebuah buku karangan seorang “oknum” yang secara umum “mempropagandakan” bahwa dalam ajaran mereka kedudukan seorang wanita adalah sangat terhormat. Sampai disini saya menghormati sang penulis yang mengagungkan agamanya dan saya memandang itu sebagai sesuatu yang wajar. Namun sampai pada sebuah penjelasan yang saya maksud, saya kehilangan simpati terhadap sang penulis. Dalam banyak contoh-contoh-nya sang penulis mendeskreditkan ajaran agama lain mengenai kedudukan wanita.

Hal inilah yang menyebabkan saya tergerak untuk memberikan penjelasan dan merupakan jawaban dari tuduhan buku yang sangat tidak fair tersebut. Dengan menggunakan “azas praduga tidak bersalah” saya akan mencoba mengutip beberapa bukti yang bertolak belakang dengan penjelasan buku tersebut. Namun sekali lagi saya tegaskan, artikel ini tidak dimaksudkan untuk mendeskreditkan seseorang atau kelompok tertentu, melainkan hanya menjawab ketidak-fair-an buku yang saya temukan tersebut.

Sang penulis menjelaskan bahwa  di dalam ajaran Hindu, kedudukan wanita sangat lemah dan tidak berdaya, hanya Agamanya-lah yang menjunjung tinggi harkat dan martabat wanita. Dia memberikan sebuah contoh tentang dewi Sita yang setelah diculik oleh Rahvana dan dibebaskan kembali oleh suaminya, Rama beserta bala tentara keranya akhirnya diperlakukan secara tidak adil, dibuang ke hutan sampai akhir hidupnya. Sang penulis juga menjelaskan bahwa di Hindu wanita diperlakukan secara tidak adil dengan mengharuskannya menjalankan sati, yaitu dibakar hidup-hidup setelah suaminya meninggal.

Apa benar Hindu mengajarkan seperti itu?

Saya pribadi tersenyum mendengar penjelasan sang penulis yang “bodoh” ini. Dia mendeskreditkan ajaran agama lain tanpa pernah membaca ajaran Hindu yang sebenarnya. Apalagi dengan memberikan deskripsi kejadian tanpa mengutip sumber yang valid.

Kisah Dewi Sita dan Rama dapat kita temukan dalam kitab Ramayana yang ditulis oleh Maha Rsi Valmiki yang menurut kronologi waktu dari Veda sendiri berlangsung 18,1 juta tahun sebelum masehi. Kitab Ramayana adalah bagian dari Itihasa, yaitu suatu epos/sejarah kepahlawanan yang memang benar-benar pernah terjadi.

Mengenai bukti sejarah Ramayana sudah dibuktikan dengan ditemukannya reruntuhan kerajaan Ayodya dan juga jembatan yang dibangun tentara kera untuk menghubungkan India dengan Alenka (Srilanka) sebagaimana dapat diamati melalui pencitraan satelit NASA.



Kisah dewi sita menjalani pengasingan di Hutan dan akhirnya masuk kembali ke dalam perut bumi diceritakan dalam bagian (kanda) terakhir dari Ramayana. Jika kita pahami secara mendetail literatur Veda, penjelmaan Rama, Laksmana dan Sita adalah Avatara Tuhan yang muncul kedunia dengan tujuan membinasahkan orang jahat dan menyelamatkan orang saleh sebagaimana disebutkan dalam

Bhagavad Gita 4.8


pariträëäya sädhünäà  vinäçäya ca duñkåtäm  dharma-saàsthäpanärthäya sambhavämi yuge yuge

Artinya :
Pada dasarnya Tuhan tidak harus muncul dan hadir kedunia sebagai Rama untuk membinasahkan Rahvana, tetapi Beliau melakukan “lila”, sandiwara rohani yang dapat dijadikan falsafah hidup bagi seluruh umat manusia.

Singkat cerita, setelah Rahvana binasah di tangan Avatara Rama, Sita-pun terselamatkan dan dengan menggunakan pesawat “Vimanas” diterbangkan menuju Ayodya, kerajaan Sri Rama. Rama sebagai anak tertua dari tiga bersaudara akhirnya diangkat sebagai raja Ayodya untuk menggantikan Ayahnya yang sudah wafat dan otomatis Sita menjadi ratu-nya.

Setelah beberapa waktu berlalu, di kalangan rakyat Ayodya beredar desas-desus yang menyangsikan kesucian Dewi Sita yang sempat diculik dalam jangka waktu yang lama oleh Rahvana. Sampai pada akhirnya berita tidak sedap ini sampai kepada Rama, suami dewi Sita. Sudah barang tentu Rama sebagai Avatara Tuhan yang mengetahui segala sesuatu tidak meragukan kesucian dewi Sita, namun untuk meredam desas-desus rakyatnya akhirnya Rama menyiapkan suatu upacara di mana Sita harus meloncat kedalam kobaran api. Jika Sita tidak suci, maka api akan membakar habis tubuh dewi Sita, tetapi jika Sita suci, maka api tidak akan sanggup membakarnya. Dalam upacara ini Sita sama sekali tidak terbakar dan hal ini membuktikan bahwa Sita benar-benar tidak ternoda.

Namun para rakyat yang dipenuhi oleh Avidya (kebodohan) masih saja menyangsikan prihal kesucian Dewi Sita, sampai pada akhirnya Rama sebagai seorang raja yang menjalankan Dharma Kesatria yang harus mengayomi seluruh rakyatnya dan menjaga ketertiban masyarakat memutuskan untuk mengasingkan dewi Sita ke hutan ketempat pertapaan Rsi Valmiki. Pada saat pengasingan ini dewi Sita sedang mengandung dan akhirnya melahirkan anak kembar di pertapan Rsi Valmiki. Oleh Maha Rsi Valmiki kedua anak ini dinamakan Kusa dan Lawa. Rsi Valmiki yang memiliki tugas menuliskan kisah Rama dan Sita kedalam kitab Ramayana ini mengajarkan kedua anak Rama dan Sita ini melantunkan syair-syair tentang kisah hidup orang tua mereka sendiri.

Sampai pada akhirnya Kusa dan Lawa mendapat kesempatan membawakan kisah ini di depan Rama, ayat mereka di istana Ayodya. Menyadari bahwa Kusa dan Lawa adalah anak-Nya, Rama langsung memeluk mereka. Singkat cerita akhirnya Rama memanggil dewi Sita kembali ke istana. Namun sebagai akhir “ lila ” Sri Rama, Dewi Sita menolak untuk kembali dan memilih kembali ke dalam dekapan ibu pertiwi, Dewi Sita kembali ke dalam perut bumi, dan Rama-pun akhirnya kembali ke Vaikuntaloka (Alam Rohani).

Jika kita membaca sepenggal kisah ini, mungkin kita akan beranggapan bahwa Sita diperlakukan secara tidak adil sebagai seorang wanita. Namun pada dasarnya ini adalah “ lila ”, sebuah sandiwara rohani yang tanpa dewi Sita pergi ke hutan ke pertapaan Rsi Valmiki, maka Ramayana mungkin tidak akan pernah ada dan diceritakan sampai saat ini. Demikian juga dari segi Dharma seorang Raja. Seorang yang menjabat sebagai pemimpin/raja, maka dia harus dapat melayani semua orang yang dipimpinnya, dia bukan lagi milik istrinya, anak-anak dan keluarganya, tetapi milik semua rakyatnya dan dia harus mengutamakan kepentingan rakyat banyak diantara kepentingan pribadi dan keluarga. Karena itulah pada saat itu tindakan Rama dan ketulusan Sita untuk mengasingkan diri kehutan demi kepentingan rakyat sudah sangat tepat.

Mengenai tindakan dimana seorang istri menceburkan diri kedalam perabuan suaminya atau “sati” memang dikenal oleh peradaban masyarakat Hindu. Tetapi tidak ada satupun sloka Veda yang mewajibkan seorang istri untuk ikut membakar diri bersama mayat suaminya. Mereka yang melakukan upacara sati adalah mereka yang memang atas dorongan dirinya sendiri yang memiliki cinta kasih dan pengabdian yang tulus pada suaminya. Dasar dari seorang istri untuk melakukan sati mungkin adalah Manu Smrti 2.67
“ Patise-va gurau vasah |  melayani suami dengan  tulus  di rumah sama dengan tinggal di Gurukula” dan lebih lanjut dikatakan, “ Suddha  nari  pativrata | istri yang selalu setia kepada suami dalam kesenangan  maupun kesusahan adalah wanita saleh ” (CN.8.18). Seorang istri yang setia seperti ini menurut Veda sudah pasti akan diangkat kedalam kedudukan yang lebih tinggi, mereka sduah pasti akan mencapai Sorga. Namun demikian Veda berkali-kali mengingatkan bahwa tujuan akhir kita bukan Svarga/Sorga, tetapi Moksha, mencapai alam rohani yang sat-cit-ananda. Dan kit juga bukan badan ini, kita adalah Atman/jiva. Kita mengambil wujud sebagai namusia, sebagai laki-laki dan wanita hanya karena badan material ini, namun Atman/jiva kita tetaplah sama. Sama sekali tidak terdapat perbedaan antara atman/jiva seorang lelaki dan seorang perempuan. Tidak terdapat perbedaan atman/jiva seorang manusia dengan atman/jiva hewan dan tumbuhan. Hali ni juga ditegaskan dalam

Bhagavad Gita 6.29
Sarva bhuta-stham atmanam sarva bhutani catmani
Sarvatra sama darsanah
Artinya : 
Yogi sejati melihat sang Atma ada dalam badan jasmani segala makhluk dan juga melihat segala makhluk dalam Atma. Sungguh, ia yang telah insyaf diri melihat Atma yang sama dimana-mana.

Kesadaran yang mengatakan kita adalah manusia, yang mengatakan bahwa kita adalah lelaki dan perempuan adalah kesadaran palsu dari interaksi sang Jiva dengan maya.

Bhagavad Gita 7.27
Iccha dvesa samutthena dvandva mohena bharata sarge yanti parantapa
Artinya :
O keturunan Bharata, dibuai oleh keinginan menikmati secara terpisah dari-Ku dan keengganan melayani-Ku, wahai Penakluk musuh, maka  ia  (sang jiva) jatuh ke alam material.

Oleh karena na " bhajante ", tidak mau mengabdi kepada Sri Krishna dan " avajananti ", tidak senang kepada Beliau, maka " sthanad brastah patanti adhah " , jatuhlah sang jiva ke alam material (Bhagavata Purana 11.5.3).

Jadi sloka-sloka ini sudah sangat jelas bahwasanya Veda tidak membedakan antara wanita dan pria, bahkan Veda juga tidak membedakan seorang manusia dengan mahluk yang lain, melainkan semuanya adalah sama, yang membedakan hanyalah tingkat “Bhakti” sang Atman/Jiva kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Bukti yang sangat kuat mengenai kedudukan wanita yang sejejar dengan pria dapat dilihat dari penerimaan pewahyuan Veda itu sendiri. Wahyu kitab suci Veda diterima oleh 332 orang suci. 300 orang diantaranya adalah seorang Pria, yaitu antara lain Rsi Atri, Bhrugu, Vasishtha, Vishwamitra, Agastya, Yagyavalkya, Kanva, Bharadwaja, Gautama, Kashyap, Angirasa dan lain-lain. Dan 32 yang lainnya adalah seorang Brahmavadini, atau seorang Rsi wanita, yaitu antara lain Maitreyi, Gargi, Lopamudra dan lain-lain.
Melihat dari proses penerimaan Veda sendiri yang dapat diterima oleh seorang wanita, menunjukkan bahwa kedudukan wanita dalam hindu adalah sejajar dengan pria. Hal seperti ini mungkin tidak akan pernah anda temukan dalam sejarah agama yang lain, terutama agama-agama Abrahamik.

Demikianlah Tulisan/Artikel yang kami kutip dari sebuah website yang telah kami cantumkan alamat sumbernya. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan serta wawasan kita.

Referensi : #ngarayana | http://narayanasmrti.com/hindu-menjawab/kedudukan-seorang-wanita-hindu-rendah/

0 komentar:

Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928

Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 - Sumpah Pemuda adalah bukti otentik bahwa tanggal 28 Oktober 1928 bangsa Indonesia dilahirkan. Oleh karena itu sudah seharusnya segenap rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia. Proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.



Rumusan Kongres

Rumusan Kongres Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada secarik kertas yang disodorkan kepada Soegondo ketika Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres (sebagai utusan kepanduan) sambil berbisik kepada Soegondo: Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini), yang kemudian Soegondo membubuhi paraf setuju pada secarik kertas tersebut, kemudian diteruskan kepada yang lain untuk paraf setuju juga. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.

Isi

Sumpah Pemuda versi orisinal :

Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kedoewa
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Sumpah Pemuda versi Ejaan Yang Disempurnakan :

Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.


Kongres Pemuda Indonesia


# Panitia Kongres

Dalam upaya mempersatu wadah organisasi pemuda dalam satu wadah telah dimulai sejak Kongres Pemuda Pertama 1926. Oleh sebab itu, tanggal 20 Februari 1927 telah diadakan pertemuan, namun pertemuan ini belum mencapai hasil yang final.

Kemudian pada 3 Mei 1928 diadakan pertemuan lagi, dan dilanjutkan pada 12 Agustus 1928. Pada pertemuan terakhir ini dihadiri semua organisasi pemuda dan diputuskan untuk mengadakan Kongres pada bulan Oktober 1928, dengan susunan panitia dengan setiap jabatan dibagi kepada satu organisasi pemuda (tidak ada organisasi yang rangkap jabatan) sebagai berikut:

Ketua                   : Sugondo Djojopuspito (PPPI)
Wakil Ketua         : R.M. Joko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris             : Muhammad Yamin (Jong Soematranen Bond)
Bendahara            : Amir Sjarifudin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I           : Johan Mohammad Cai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II          : R. Katjasoengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III         : R.C.I. Sendoek (Jong Celebes)
Pembantu IV         : Johannes Leimena (Jong Ambon)
Pembantu V          : Mohammad Rochjani Su'ud (Pemoeda Kaoem Betawi)

# Kongres Pemuda Indonesia Kedua

Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.

Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu "Indonesia Raya" karya Wage Rudolf Supratman yang dimainkan dengan biola saja tanpa syair, atas saran Sugondo kepada Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia.

# Peserta

Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dll. Di antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie namun sampai saat ini tidak diketahui latar belakang organisasi yang mengutus mereka. Sementara Kwee Thiam Hiong hadir sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond. Diprakarsai oleh AR Baswedan pemuda keturunan arab di Indonesia mengadakan kongres di Semarang dan mengumandangkan Sumpah Pemuda Keturunan Arab.

# Gedung

Bangunan di Jalan Kramat Raya 106, tempat dibacakannya Sumpah Pemuda, adalah sebuah rumah pondokan untuk pelajar dan mahasiswa milik Sie Kok Liong.

Gedung Kramat 106 sempat dipugar Pemda DKI Jakarta 3 April-20 Mei 1973 dan diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada 20 Mei 1973 sebagai Gedung Sumpah Pemuda. Gedung ini kembali diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 20 Mei 1974. Dalam perjalanan sejarah, Gedung Sumpah Pemuda pernah dikelola Pemda DKI Jakarta, dan saat ini dikelola Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata


Referensi : http://id.wikipedia.org/wiki/Sumpah_Pemuda

0 komentar:

Siapakah Yang Berhak Merayakan Kemenangan Dharma (Hari Raya Galungan) ?

Siapakah Yang Berhak Merayakan Kemenangan Dharma (Hari Raya Galungan) ? - Artikel - Hindu - Tujuan agama Hindu adalah untuk mencapai Moksartham ( Kebahagiaan Rohani ) dan Jagadhita ( Kebahagiaan Jasmani ). Untuk mencapai kebahagiaan jasmani dilaksanakan melalui Tri Purusa Artha ( Dharma, Artha dan Kama ), sedangkan untuk mencapai kebahagiaan rohani dilaksanakan melalui Catur Marga ( Bhakti, Karma, Jnana dan Raja Marga ). Kedua tujuan ini dilaksanakan melalui 3 kerangka agama Hindu ( Filsafat, Upacara dan Susila ).


Yang dibahas disini sesuai dengan Hari Raya Galungan adalah tujuan rohani dengan memakai 3 kerangka agama Hindu sebagai berikut :

1. FILSAFAT

Kita bereinkarnasi ke dunia ini, itu artinya masih ada perbuatan kita yang adharma, bisa dibuktikan dengan kita bereinkarnasi memakai badan kasar yang terbuat dari Panca Mahabhuta. Maha Bebhutaan ( Bhutaning Bhuta ) yang berjumlah 5 disebut Panca Mahabhuta, yang kemudian kita sebut ADHARMA.
Selama kita masih memakai badan kasar, maka kita tidak akan bisa menghindar dari dualitas kehidupan dan salah satu dualitas itu adalah suka dan duhka, artinya betapapun dalam kehidupan ini kita menemukan suka, sudah pasti suatu saat kita akan menemukan duhka. Hindu mengetahui ini, sehingga Hindu ingin menghindari dualitas ( suka duhka ) agar bisa menemukan suka sujati / suka tan pawali duhka yang lebih dikenal dengan sebutan MOKSA.

2. UPACARA

Kemudian bagaimana caranya agar kita bisa mencapai Moksa itu ? Sudah tentu kita harus menghilangkan adharma atau unsur badan kasar pada diri kita dalam artian pada kehidupan berikutnya harapan kita tidak lagi bereinkarnasi ke dunia ini memakai badan kasar, inilah yang disebut Moksa. Bagaimana upa-CARA-nya untuk mencapai Moksa ? Hindu memperkenalkan 4 cara yang disebut Catur Marga yaitu Bhakti, Karma, Jnana dan Raja Marga. Dari 4 upa-CARA ini kita ambil Bhakti Marga karena memang upa-CARA ini yang paling banyak dilakukan oleh umat. Bagaimana cara melakukan Bhakti Marga ? Banyak caranya misalnya mendirikan pelinggih, sembahyang dan salah satunya adalah melalui : Peringatan Hari Raya. Salah satu hari raya itu adalah GALUNGAN

Kembali ke pokok permasalahan yaitu bagaimana caranya kita agar mencapai Moksa sesuai dengan tujuan agama ? Pada prinsipnya adalah menghilangkan adharma ( unsur badan kasar/ bhutaning bhuta/ mahabhuta ) agar muncul dharma ( dewaning dewa/ Mahadewa ). Untuk ini dibuatlah filsafat melalui hari raya dan salah satu hari raya itu adalah GALUNGAN

Kemudian apa makna yang tersirat di dalam perayaan Hari Raya Galungan ?
Hari Raya Galungan adalah suatu hari untuk memperingati/ memberi ingat kepada kita agar dalam menapak kehidupan sehari – hari kita senantiasa ingat untuk selalu memenangkan dharma dengan nampah/ membunuh sifat kebinatangan yang berwujud Rajasika (ayam) dan Tamasika (babi) dengan harapan tumbuhnya sifat Satwika dalam kehidupan sehari – hari dengan tujuan akhir agar tercapai MOKSA. Ini adalah suatu janji yang diucapkan di hadapan Tuhan. Mengapa kita berjanji kepada Tuhan ? Ya sesuai dengan tujuan Moksartham itu sendiri. Ini yang harus kita selalu ingat setiap saat agar kita selalu ingat tujuan kita bukan hanya untuk mencapai jagadhita saja, juga untuk mencapai moksartham. Untuk tujuan jagadhita hampir setiap hari kita ingat serta untuk tujuan moksartham pun mestinya kita senantiasa ingat, kita mencari artha sesuai dengan tujuan jagadhita untuk tujuan kama dan dharma berdasarkan DHARMA.
Inilah adalah janji dalam diri ( Yama Brata ) yang kemudian untuk dilaksanakan ( Niyama Brata ). Janji ini diucapkan di hadapan Tuhan melalui peringatan Upacara Hari Raya Galungan dengan memakai sarana bebanten.

Kemudian siapakah yang berhak merayakan Hari Raya Galungan sebagai pengingat agar setiap saat kita senantiasa ingat untuk memenangkan / melaksanakan Dharma setiap saat ?
Jawabannya :

Sebenarnya semua makhluk hidup, dalam hal ini akan dijawab dengan segenap umat Hindu sebagai konsekwensi tujuan Hindu untuk mencapai Moksartham.

3.SUSILA

Melaksanakan hari raya adalah merupakan suatu Yadnya ( Dewa Yadnya ) yang harus dilaksanakan berdasarkan susila yaitu Satwika Yadnya

Oleh : Bapak Putu Suekantara

2 komentar:

Hari Raya Galungan dan Kuningan - 23 Oktober dan 2 November 2013

Keluarga Besar PD KMHDI Jawa Barat mengucapkan Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan kepada seluruh Umat Hindu. 23 Oktober dan 2 November 2013

" Satyam Eva Jayate Nanrtam "

(Mundaka Upanisad III.1.6)



Satyam Eva Jayate

FB        : PD KMHDI JABAR
Twitter : @KMHDIJABAR
Blog     : http//:PDKMHDIJabar.blogspot.com

0 komentar:

Selamat Datang Anggota Baru !!!

Selamat Datang !!!

Selamat Datang Anggota Baru !!! - Sekali lagi saya ingin mengucapkan selamat datang kepada para anggota baru KMHDI PD Jabar. Setelah melewati MPAB pada hari minggu tanggal 6 Oktober 2013 dan malam inagurasi pada tanggal 12 dan 13 Oktober kemarin, kalian telah resmi menjadi anggota PD KMHDI Jabar, selain karna udah selesai mengikuti rangkaian acara yang udah dibuat kalian juga udah ada SK yang meresmikan kalian sebagai anggota baru KMHDI PD Jabar *yeaaaaa*


Kali ini saya bukan ingin mengucapkan selamat (bosen nyelametin terus),tapi lebih untuk ngebahas apa aja yang kita udah lakuin di tanggal 6,12, dan 13 Oktober kemaren. Selain buat review sekalian juga pengen bikin yang gak ikut acara ini nyesel. Acara dimulai pada Minggu 6 oktober 2013. Seluruh panitia diwajibkan datang pada pukul 09.00 pagi,dan sebagai panitia yang baik saya datang jam 09.30 pagi *tolong jangan ditiru yaa*. Seluruh panitia yang sudah datang langsung saling bantu untuk menyiapkan acara yang dimulai pada pukul 10.00 pagi.

Jam sudah menunjukan pukul 10.00 pagi,yang artinya acara sudah seharusnya dimulai. Acara pertama adala registrasi peserta. Registrasi peserta tujuan nya agar dapat mendata berapa peserta yang ikut acara MPAB tersebut. Setelah ditotal peserta yang mengikuti acara MPAB hari pertama itu sejumlah 39 (tiga puluh sembilan) orang *yeaaaa*. Setelah registrasi, para peserta MPAB di arahkan menuju pura untuk sembahyang bersama. Acara sembahyang ini bertujuan untuk.....yaaa sudah tau lah ya untuk apa jadi gak perlu di jabarin lagi tujuan dari sembahyang itu apa. Setelah mereka selesai sembahyang mereka diarahkan keruang kelas untuk mengadakan gladi upacara dan diteruskanr dengan upacara pembukaan. Suasana upacara pembukaan dapat dikatakan hikmat dengan suara” orang yang sedang arisan di sebelah ruang kelas yang kita gunakan untuk upacara.

Setelah upacara pembukaan selesai acara dilanjutkan dengan perkenalan pemateri. Pemateri yang ada di acara MPAB hari pertama ini adalah Ary Pradyana, Wayan Fery Sanjaya, Pradnya W, dan Ary chit. Materi yang mereka sampaikan ??? nanti saya beritahu. Melihat wajah peserta yang sedang menahan lapar dan mencoba menahan amarah dari cacing” yang ada di dalam perutnya,maka acara berikut nya dilanjutkan dengan makaaaan siaaaaanggg. Begitu peserta mendengar bahwa acara selanjutnya adalah acara makan siang,wajah mereka berubah ceria seketika. Melihat para peserta yang sedang menyantap makan siang yang kita berikan para panitia juga tidak mau kalah,maka para pantia duduk bersama peserta untuk bersama – sama menyantap makan siang, yaaa bisa dibilang pendekatan secara personal.

Perut sudah kenyang,sekarang waktunya tidur siang...,eh salah maksut nya waktu untuk materi. Materi yang pertama adalah tentang Organisasi yang dibawakan oleh Ary Pradnyana,ary membawakan materi nya dengan cukup baik sehingga para peserta tidak mengalami kengantukan setelah makan siang. Setelah materi organisasi,materi selanjutnya adalah materi tentang jati diri KMHDI yang pertama yaitu religius. Sesuai materinya sosok yang cocok untuk membawakan materi ini adalah tidak lain tidak bukan bapak Wayan Fery Sanjaya. Saya mengakuin bapak Fery membawakan materi nya dengan sangat bagus sehingga para peserta sangat antusias mendengarkan materi yang diberikan. Materi ketiga yaitu masih dari materi jati diri KMHDI yaitu nasionalis yang dibawakan oleh Pradnya.

Setelah pikiran dituntut untuk fokus merhatiin materi yang diberikan oleh para pemateri saat nya untuk....jeng jeng... ice breaking. Game ice breaking nya lumayan untuk menghancurkan kepenatan selesai merhatiin materi yang diberikan. Ice breaking jangan kelamaan nanti peserta nya ketagihan jadi diputusin buat lanjut materi berikutnya yang disampaikan oleh Ary Chit. Ary nerangin tentang materi Jati diri KMHDI yang terakhir yaitu Humanis dan Progresif. Karena sudah mulai materi maka para peserta kembali menyimak materi dengan seksama. Selesai materi untuk mencairkan suasana lagi diadakannya game keakraban yang di pimpin oleh nicky. Game nya seru,tapi teralu panjang kalo diceritain disini bisa – bisa kriting ini tangan ngetik nya.

Selesai main game,waktu sudah menjelang malam hari. Ini ditunjukan dengan langit yang sudah mulai gelap. Sore menjelang malam itu enaknya dengerin motivasi yang diberikan oleh senior kita yaitu bli Gung Dalem sama Bli Arie Suyasha. Motivasi yang diberikan kepada para peserta sangat bagus sampai” para peserta menyimak dengan seksama. Selesai motivasi sore yang diberikan oleh kedua senior hebat tersebut acara dilanjutkan dengan penutupan,isi dari acara penutupan berupa info bahwa acara MPAB belum selesai sampai disini,melainkan akan dilanjutkan pada tanggal 12 dan 13 Oktober 2013 alias minggu depannya. Sebagai penutup acara malam itu akan diadakan sembahyang bersama.


SEMINGGU KEMUDIAN

Sabtu 12 Oktober 2013 ditemani rintik” hujan yang gak lucu,para panitia sudah siap di pura Pura Wira Satya Dharma Ujung Berung untuk melangsungkan malam inagurasi kelanjutan dari acara MPAB 2013. Awal nya acara mulai pada pukul 17.00 tetapi karna peserta yang datang baru sedikit jadi terpaksa acara mundur dan baru dimulai pukul 18.00. Acara pertama pada malam inagurasi adalah registrasi awal,registrasi ini bertujuan untuk mendata kemabali berapa peserta yang hadir pada hari kedua ini,dan berapa peserta yang baru hadir pada hari kedua ini.
Acara kedua setelah para peserta hadir adalah makan malam lalu dilanjutkan sembahyang bersama. Selama sembahyang bersama panitia masih menunggu beberapa peserta yang menyusuk atau telat karena hujan.


Cieee yang lagi sembahyang

Setelah para peserta selesai sembahyang ditambah ada peserta yang baru datang acara dilanjutkan makan malam. Dengan sangat hikmat para peserta bersama panitia menyantap makan malam bersama. Setelah perut terisi penuh saat nya acara inti dimulai. Acara inti yang pertama adalah pembagian tugas yang diberikan oleh Bli Gung Dalem kemudian dilanjutkan dengan materi penjabaran tugas pengurus. Penjabaran tugas pengurus dimulai dari pengurus inti yang diisi oleh bli Fery dengan kak Sandra.
Penjabaran tugas pengurus inti yang kedua adalah bagian Biro Organisasi yang diisi oleh Pradnya. Peserta sejauh ini masih menyimak materi yang diberikan oleh para pemateri. Pemateri disini diisi langsung oleh para ketua biro dari setiap masing – masing biro. Setelah biro organisasi,bagian biro selanjutnya adalah biro litbang yang diisi oleh Ary Pradnyana. Setelah beberapa biro telah menjelakan tentang anggota dan apa tugas dari tiap biro waktu nya untuk cemil – cemil lucu alias Cofee Break. Layaknya orang yang kelaparan di malam hari cemilan yang diberikan langsung diserbu oleh para peserta. Selesai sedikit mengisi perut acara dilanjutkan kembali ke materi penjabaran tugas biro kaderisasi dan biro humas. Pada biro kaderisasi diisi oleh Bli Gung Dalem sedangkan untuk Biro Humas diisi oleh Gede Teguh.

Selesai semua biro menyampaikan tugas dan para anggota nya acara dilanjutkan ke motivasi pada malam hari. Umumnya malam – malam mendengarkan motivasi pikirian sudah tidak fokus,tetapi peserta malam inagurasi tahun ini sebaliknya,mereka tetap fokus dan cenderung antusias mendengarkan motivator yang memberikan motivasi pada malam itu. Motivator pada malam itu adalah tamu dari jakarta yaitu Bli Arsane, yang sengaja diundang dari jakarta (tamu import).



Selesai mendengarkan motivasi tidur ??? jangan harap,acara masih panjang dan pastinya makin seru. Selesai mendengarkan motivasi,para peserta disuruh menutup mata dan berjalan keluar menuju sebuah kejutan yang luar biasa yaitu apiiiii unggunnnn. Konsep api unggun kali ini berbeda dari api unggun biasanya,api unggun yang ini dikelilingi oleh lilin – lilin kecil jadi so sweet gitu *loh.
Semua perserta mengelilingi api unggun didampingi oleh panitia dan mendengarkan motivasi yang diberikan oleh Bli Gung Dalem dan Bli Arsane dengan hikmat lalu ditutup dengan menyanyikan lagu mars KMHDI bersama – sama. Selesai acara api unggun seluruh peserta dan panitia pergi ke alam mimpi alias tidur untuk mengistirahatkan badan dan pikirannya.


Awas bli apinya panas.....

Pagi harinya sekitar pukul 05.30 peserta dibangunkan untuk melanjutkan acara dihari terakhir. Acara dimulai dengan senam pagi yang dipimpin oleh Ary Pradnyana,dan dapat dikatakan senam pagi tersebut cukup membuat perut sakit dengan gerakan – gerakan yang teralu energik,tapi gapapa itu seru. Setelah senam acara dilanjutkan dengan game yang cukup membuat keringat dipagi hari. Setelah berkeringat ria waktunya untuk sarapan.sarapan sudah sekarangf para peserta dan panitia diijinkan untuk membersihkan diri (tapi pasti yang mandi dikit). Badan sudah bersih (dikit),sudah wangi (pake parfum) kurang lengkap kalo belum sembahyang,maka para peserta langsung menuju pura untuk sembahyang bersama.
Selesai sembahyang akhirnya sampai diacara yang ditunggu – tunggu yaitu upacara penutupan sekaligus upacara pelantikan para angggota baru. Satu persatu nama peserta dipanggil untuk melakukan ritual sakral pelantikan yaitu mencium bendera merah putih dan diikuti dengan mencium bendera KMHDI lalu mendatangin SK yang telah disiapkan. Ada yang berbeda pada upacara kali ini yaitu para peserta setelah menandatangin SK mereka foto untuk kartu anggota. Selesai upacara kurang lengkap kalo belum ada foto bersama panitia dan akhir nya acara ditutup dengan berfoto bersama didepan pura Wira Satya Dharma Ujung Berung

  Ahirnya selesai sudah rangkaian acara MPAB tahun 2013. Semua rasa  lelah,letih,senang,terharu campur aduk menjadi satu di hari terakhir MPAB 2013 tersebut. Semoga dengan bergabungnya anggota baru KMHDI PD Jabar,akan menjadikan PD Jabar semakin baik lagi. Sekali lagi selamat datang para anggota baru KMHDI PD Jabar.

Oleh : Dennis Mahayana

0 komentar:

Masa Penerimaan Anggota Baru PD KMHDI Jawa Barat


Deskripsi
KMHDI sebagai organisasi kader yang memfokuskan kegiatan organisasi pada pendidikan kader, memiliki kewajiban moral untuk melakukan proses kaderisasi yang berkesinambungan. Proses kaderisasi merupakan suatu proses penanaman nilai- nilai organisasi kepada kader dalam jangka panjang. Dalam upaya menciptakan kader yang berkualitas yang memiliki jati diri religius, humanis, nasionalis dan progresif. Proses ini tidak bisa berhenti pada satu titik puncak, bagaikan suatu siklus yang tidak akan pernah berhenti. Ketika kader telah terkader dengan baik, akan digantikan oleh kader yang baru. Untuk menjaga keberlangsungan proses kaderisasi, yang dipercaya mampu menciptakan kader muda Hindu yang berkualitas, perlu dilakukan kegiatan pengenalan anggota baru yang nantinya akan menjalani proses kaderisasi di dalam KMHDI.

MPAB merupakan suatu masa dimana calon kader diberikan pengetahuan dasar mengenai KMHDI. Karena ini merupakan suatu masa, maka pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan daerah yang bersangkutan tanpa mengurangi essensinya. Pada akhir sesi MPAB akan dilakukan pelantikan anggota baru.

Hari/Tanggal   : Minggu, 6 Oktober 2013

Tempat            : Pura Wira Satya Dharma ( Secapa AD )

Waktu              : 10.00 - 18.00 WIB


Peserta
Seluruh Peserta berasal MPAB kali ini berasal dari Mahasiswa Hindu Se Jawa Barat.

Jadi bagi kalian yang merasa Mahasiswa Hindu di Jawa Barat khususnya yang ingin ikut bergabung dengan KMHDI silakan datang dan bergabung !

# Satyam Eva Jayate


FB        : PD KMHDI JABAR
Twitter : @KMHDIJABAR

Rakornas XI KMHDI Di Palembang


Deskripsi
Rapat Koordinasi Nasional atau Rakornas merupakan salah satu cara formal yang dapat dilakukan organisasi dalam upaya koordinasi, kontrol dan konsolidasi di internal organisasi. Fungsi kontrol tersebut akan menghasilkan beberapa hal yang berguna bagi organisasi, yaitu progress report tentang kinerja organisasi baik menyangkut fungsi internal maupun fungsi eksternal. Progress report inilah yang akan dijadikan potret untuk merumuskan langkah–langkah strategis dalam bentuk program kerja jangka panjang dalam melanjutkan pengabdian kepada umat, bangsa dan negara.

Di samping fungsi yang bersifat kedalam (intern), Rakornas juga ditujukan untuk menampung aspirasi segenap anggota KMHDI dalam hal sikap dan tanggapan kritis atas permasalahan sosial pada masyarakat. Hal ini penting, mengingat bahwa mahasiswa, khususnya mahasiswa Hindu adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan bangsa Indonesia. Kepedulian kepada masyarakat ini akan dituangkan dalam bentuk sikap kritis dan konstruktif serta dapat dipertanggungjawabkan, sehingga akan terasa nyata partisipasi mahasiswa Hindu dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara



Pembukaan
Panggung Budaya Nusantara & Seminar Nasional 
Hari/Tanggal   : Jumat, 6 September 2013 
Tempat           : Ballroom Hotel Novotel

Rakornas XI KMHDI
Hari/Tanggal   : Jumat–Sabtu, 6 - 7 September 2013 
Tempat           : Gedung Balai Diklat Keagamaan

Tirtha Yatra dan Bhakti Sosial, 
Hari/Tanggal   : Minggu, 8 September 2013 
Tempat           : Candi Bumi Ayu, Kec. Tanah Abang, Kab. Muara Enim


Peserta
Seluruh Peserta berasal dari Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang KMHDI se Indonesia. Utusan PD KMHDI Jawa Barat yaitu Wayan Fery, Chit Jna' Amary, Gede Teguh, Sandra D. Kusuma, Dewa Gde Doni.

# Satyam Eva Jayate


FB        : PD KMHDI JABAR
Twitter : @KMHDIJABAR

Copyright © 2013 PD KMHDI Jawa Barat and Blogger Templates - Anime OST.
Selamat Datang di Blog Resmi Pimpinan Daerah Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia Jawa Barat